Respon Kita Merupakan Tanggapan Atas Persepsi Kita:

Respon Kita Merupakan Tanggapan Atas Persepsi Kita:
Memberikan Anak ke Babby Sitter

tedjakusuma_sara: Habis kemana Santo?

Pastor Titus Budiyanto: Terima tamu, sejak kecil dia diasuh org lain. Skrg dia gak mau mengasuh anaknya
tedjakusuma_sara: Lho kok ada ibu begitu ya. Ibu2 muda sekarang ga mau repot, semua pake babby sitter, hubungan antara anak dan ortu pasti beda dgn diasuh sendiri

Dia jg tak pernah mandikan anaknya
Dia jg gak mau beri makan (nyuapin) anaknya, sekiranya dia mau nyuapin pun si anak sudah kagak mau.
Dia enggan menyentuh anaknya. Dia lebih nurut ke pembantu yg merawat daripada ke mama yg melahirkan. Bgm pendapatmu?

tedjakusuma_sara: Kenapa yg begitu diberi anak/keturunan. Srs yg suka anak kecil tp 8 th baru diberi. Dulu dikatain punya ilmu penakluk anak. Jelas lebih nurut ke pembantu yg kenal jiwa anak itu, apalagi kalo terus dalam dekapan(digendong) bayi merasakan ketenangan dalam dekapan.

Pastor Titus Budiyanto: Alasan dia sepele, ak tidak bisa ngurus dua anak. Ak cukup urus 1 anak, dan anak lain diberi orang daripada urus keduanya hasilnya buruk

tedjakusuma_sara: Alasan yg tidak tepat, bagaimana orang yg tinggal dinegara tanpa pembantu. 2-3 anak tidak masalah sb diajarkan disiplin. Bagi yg sdh mulai bisa makan sendiri, harus duduk dikursi selama makan, disini makan sambil lari sana sini.

Pastor Titus Budiyanto: Menurut hemat pastor krn masa lalu si mama ketika ia masih kecil. Krn ortu gak mampu, maka dia diberikan ke om nya yg kaya. Nah dia memperlakukan anaknya perempuan spt ayahnya memperlakukan dirinya. Dan dia sendiri mendidik anak lelaki angkatnya krn anak itu anak dari omnya. Jadi dia mau balas budi masa lalu. Pengalaman masa lalu mempengaruhi perilaku sekarang. Sebenarnya respon dia adalah merespon gambaran waktu masa kecilnya dan bukan merespon anak kandungnya di depan matanya. Bagaimana menurutmu sbg wanit? Memang tidak punya kerinduan mengasuh anak? Bagaimana di negara maju?
tedjakusuma_sara: Wah ya tidak benar pemikiran begitu

Pastor Titus Budiyanto: Itu lah realita. Org sering hidup dibawah bayang-bayang pengalaman masa lalu

tedjakusuma_sara: Disana umur 2 th sdh duduk dikursi utk makan, atau diberi tempat bermain sendiri. Jd ibu mengawasi yg lebih kecil. Myra sempat protes dulu, kita terus tanamkan kalo kita tidak membedakan dalam hal kasih sayang, sempat iri hati. Setelah besar kalo srs/bpk marah ke komang malah di protes.

Pastor Titus Budiyanto: Oh bagus sekali. Kejadian dari pengalaman klien kali ini mengingatkan klien pastor dari jakarta. Kasusnya serupa. Anak berumur 6 tahun. Selama 6 th dibesarkan baby sitter. Begitu baby sitter berlibur ke kampung,anak ini brutal. Perilakunya menyerupai baby sitter (banyak perilaku yang serupa dalam bahasa verbal dan non verbal).

tedjakusuma_sara: Betul, kalo saat mudik begini terjadi syndrome pembantu, anak yg dekat dhn baby sitter suka sakit tiba2, begitu mereka dtg, sakitnya sembuh. Anak kecil peka terhadap orang yg sayang terhadap dia dan terbawa sampai dewasa.

Pastor Titus Budiyanto: saya mengutip kata-kata anak itu. “Elu pikir, gue bisa seperti ini karena elu? Gue menjadi seperti sekarang karena mbak (baby sitter)! Sambil menuding2 tangan anak itu ke mama kandungnya. Di lain waktu , “elu piker, elu bisa mengatur gue? Elu pikir dengan membelikan mainan ini, elu bisa mengatur gue seenaknya?” di sekolah juga, bila kawannya memperlakukan dirinya seperti mamanya memperlakukan baby sitter, maka leher kawannya dicekik. Sejak kecil khan dibesarkan oleh baby sitter. Ketika anak lepas bebas di bawah tekanan baby sitter, dia berontak liar. Bagaimana menurut saras?

tedjakusuma_sara: Sekarang umur berapa itu anak? Ada papa nya?

Pastor Titus Budiyanto: anak itu sekarang sudah berumur 6 tahun. Orang tua lengkap. Sejak bayi dia diasuh baby sitter.

tedjakusuma_sara: Masih bisa kalo masih umur 6 th, ibu nya harus berani berkorban utk mengasuh dan lebihmemperhatikan mulai sekarang, dan pengasuh dikeluarkan. Kedua orang tua harus saling mendukung dlm mengasuh/mendidik itu anak, berbicara dgn santun.

Pastor Titus Budiyanto: pastor hanya bertanya, “apakah prioritas anda? Mencari uang atau mengurus anak? Jika anda memang lebih mencintai uang, maka silahkan saja fokus ke uang seperti selama 6 tahun ini. Jika anda memprioritaskan mengurus anak, maka sekarang fokus mengurus anak. Apakah ada kesamaan perilaku si anak anda dengan si pembantu? Pengenalan bahasa, pemaknaan bahasa, pengalaman, kebudayaan, keyakinan, agama itu berasal dari si pengasuh atau lingkungan terdekat. Dia bisa berkata seperti itu karena mendapat masukan si pengasuh atau lingkungan terdekat. Sangat mungkin sekali anak bisa menjadi cermin dari si pengasuh. Ketika anda menemukan perilaku asli dari babby sitter, yang tercermin dari anak apakah anda masih tetap menyerahkan pendidikan anak kepada baby sitter atau mengasuhnya sendiri? Nah, untunglah ibu itu sadar dan mau mengasuh mendidik dan membesarkan anaknya sendiri.

tedjakusuma_sara: Betul sekali

Pastor Titus Budiyanto: pastor menyarankan setiap hari menjelang tidur membacakan cerita bernilai dari kitab suci, dongeng-dongeng bernilai religious atau moral, untuk menetralkan perilaku buruk.

tedjakusuma_sara: Yup, dicari kesukaan anak itu, ajak main dipantai, bersepeda ato kegunung, jangan diberi mainan yg menjadikan dia egois, seperti game. Beri teman seumur, dikumpulkan dgn sepupu, ikutkan tempat kursus, pokoknya intinya perhatian dia dialihkan dari baby sitter nya. Kalo usia segitu tidak sulit, kalo sdh remaja masih tertanam kebencian thdp ibu sudah susah sekali. Apalagi kayak, ikutkan kursus bhs inggris, musik kalo bisa, dgn musik maka jiwa menjadi lembut. Yg penting ibu nya harus menggantikan peran baby sitter dan menambah perhatian dan kasih sayang, awal2 memang berontak tp pasti akan berubah. Kalo sdh dewasa sulit, dia akan mencari orang bisa curhat dan antipati terhadap ibu nya makin besar .
Pastor Titus Budiyanto: Setuju, ibu mengganti peran babby sitter selama ini dan mengisi dengan kegiatan positif yg mengembangkan otak kanan dan otak kiri, nilai-nilai luhur nenek moyang, nilai-nilai luhur dari Tuhan.

tedjakusuma_sara: Yup

Pastor Titus Budiyanto: oh ya, sekarang anak ibu yang kita bicarakan di awal itu cara bicara persis sama dengan pembantunya. ketika dia makan dan mamanya mendekat dia mengusir sambil menuding-nudingkan tangan kanannya dengan muka menyerupai persis si pembantu ketika marah dengannya. ketika mamanya mendekat, dia sering mengatakan ,”aku benci mama. aku benci mama.” lagian ketika ayah anak ini mengajak makan bersama di meja makan, dia berusaha menyingkirkan anak ini dari hadapannya untuk diberikan ke pembantu. cara bicara, nada bicara, intonasi, gerak-gerik anak ini serupa dengan pembantu.

tedjakusuma_sara: wah ya gak bagus.

Pastor Titus Budiyanto: Serahkan anakmu kepada pembantu atau baby sitter, kau bisa terbang setinggi langit. terbanglah tinggi wahai ibu-ibu untuk menggapai kenikmatan duniawi, namun apakah itu tanggungjawabmu sebagai seorang ibu? apakah itu panggilan dari nuranimu sebagai seorang ibu? bukan begitu ?

Read 1 comment

  1. Anak-anak adalah karunia dari Tuhan;mereka adalah upahnya. (Mazmur 127:3)

    Sebagai wanita normal,kita tentu tahu betapa berharganya seorang anak bagi kita.Mereka adalah tulang dari tulang,daging dari daging! Tentunya seorang ibu tak akan ragu melindungi anaknya,bahkan jika perlu dg nyawa sekalipun. Kita adalah anak Tuhan,yg diciptakan menurut gambarNya sendiri.Dia memberikan nyawaNya untuk menyelamatkan kita.Anak-anak adalah karunia Tuhan bagi kita,sama seperti kita adalah karunia Tuhan bagi diriNya sendiri.

    Seiring dg perkembangan zaman yg semakin modern,dimana wanita tidak hanya di rumah melulu dg pekerjaan dapur dan mengurus anak saja.Dahulu seperti itu,sehingga anak-anak sepenuhnya di bawah asuhan ibunya.Tp sekarang,dg berbagai pendidikan yg dikenyamnya,seorang wanita yg sekaligus seorang ibu,lebih memilih berkarier,sehingga kelihatannya, urusan mengasuh anak bukan prioritasnya lagi.Meskipun kelihatan begitu,namun jauh di dalam hatinya,wanita tak bisa lepas dari pemikiran tentang anaknya.Jika dia adalah wanita bijaksana, yg dpt membagi waktu dan membuat prioritas,maka dia dapat mendidik anak dg baik dan tidak sepenuhnya melepas tanggungjawabnya sbg ibu kpd orang lain.Dengan niat,tanggung jawab,kemauan dan disiplin yg tinggi,pekerjaan dan anak dpt berjalan seiring, dan tidak hrs ekstrim bekerja atau karier saja atau terlalu ekstrim mengasuh anak saja.Banyak wanita sukses dengan tetap dapat mendidik anaknya.Tapi,semua kembali pada individu masing-masing. Tidak semua orang dapat mengerjakan atau melakukan apa yg orang lain lakukan. Dalam mendidik anak,selain butuh waktu,juga diperlukan kesabaran.Karena faktor inilah,seorang wanita dapat melepaskan tanggung jawabnya sbg seorg ibu.

Tinggalkan Balasan