11 Juli 2009 keuskupan pangkalpinang
Ayah, sekarang kau sangat dekat dan sekaligus jauh,
Ragamu melebur ke bumi,namun kurasakan keberadaanmu,
Kau tiada dan kau berada,
Tiada lagi rasa sakit mendera tubuh rentamu,
Jubah yang kau kenakan kini adalah jubah dari surga.
Aku bangga menjadi anakmu,
Berkat teladan hidupmu dan jasamu,
Aku dan anak-anakmu menjadi orang sukses.
Kuharap kau tersenyum dengan para kudus di surga,
Menyaksikan sepak terjang perjuangan kami di dunia.
Bekal iman yang kau tancapkan dalam relung hati,
Dan pendidikan memampukan kami menyikapi kehidupan ini.
Aku tidak mempunyai sayap untuk terbang ke tempat penyemayamanmu,
Namun jiwaku terbang melintasi langit biru ke jogja untuk merayakan pesta kau sempurna naik ke surga,
Rohku naik kendaraan Roh Suci dalam ekaristi,
Dengan meleburkan rohku kedalam RohNya.
Kehadiranmu sungguh nyata manakala terang menjadi gelap di waktu berbagi tubuh Kristus,
Mata seluruh hadirin menjadi lamat-lamat,
Namun hati kami menjadi lebih tajam.
Di dalam kegelapan, manusia tidak lagi mengandalkan mata jasmani,
Kami memasang antena mata hati untuk menangkap kehadiranmu ayah dan kehadiranNya dalam rupa roti dan anggur.
Ya kehadiranmu tertangkap dan tersingkap dengan nurani suci.
Ruangan menjadi terang setelah masing-masing hati menerima tubuh Kristus. RohMu sudah lebur dalam diri orang percaya dan rohmu menyatu juga di dalam Dia, ayah.
Aku tidak bisa terbang, ayah karena aku tidak mempunyai sayap.
Maafkan anakmu. Aku merindukanmu. Aku mencintaimu. Berbahagialah engkau di surga, ayah. Terimakasih.
Dengan bersujud dan rendah hati,
kupersembahkan baktiku pada ayah,
Jika aku berbuat salah kedapa Ayah,
Semoga aku dimaafkan…
makasih untuk sepenggal doa / puisi
Begitu cepat waktu berlalu,
Setahun sudah Ayah meninggalkan kami,
Saat-saat bersama Ayah tetap melekat dihati kami,
Takkan terhapus oleh apapun juga.
Kami masih merasakan kehadiranmu, Ayah
Terlebih dalam hati kami yang paling dalam,
Ingin kuraih, kugenggam tanganmu, Ayah
Dan bersandar dibahumu dikala kami melewati kerikil-kerikil tajam dalam kehidupan.
Semua telah direncanakan oleh-NYA tepat pada waktu-NYA,
Kebahagiaan abadi sudah Ayah rasakan,
Berlimpah terima kasih rasanya tidak cukup untuk kami ucapkan. Mohon ampun atas kesalahan yang kami lakukan.
Kami mencintaimu selalu dan selamanya.
makasih puisi Ayah