Keuskupan pangkalpinang, 18 Juni 2009
Seorang keluarga menghubungi untuk meminta doa seorang pemuda, yang diduga kena santet. Disarankan untuk memeriksakan penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke rumah sakit di Jakarta. Reaksi spontan keluarga atas saran tersebut adalah pingsang dan menolak kenyataan. Setelah melalui pergumulan, keluarga menerima saran dan memeriksakan dia di Jakarta. Hasil pemeriksaan ternyata + (positif) bahwa dia mengindap AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Penyakit tersebut sudah merenggut nyawanya 2 tahun yang lalu.
Beberapa orang menemui untuk melihat seorang pemuda, yang diduga kena guna-guna. Menilik fotonya si pemuda masih sangat ganteng. Kegantengan bukanlah penampilan sesungguhnya. Disarankan kepada keluarga untuk pemeriksaan di rumah sakit. Hasil laboratorium menyatakan bahwa dia positif (+) AIDS dan bukan terkena guna-guna. Dia meninggal 1 tahun yang lalu.
Seorang ibu rumah tangga menghubungi untuk menengok adik kandungnya. Dia sudah lama menderita sakit berkepanjangan. Beberapa organ tubuh tidak berfungsi. Dia menderita berkepanjangan. Beberapa orang mensinyalir bahwa dia terkena ilmu jahat. Asumsi orang atas si sakit runtuh ketika medis membuktikan bahwa ternyata dia positif AIDS. Beberapa waktu yang lalu dia sudah masuk ke liang kubur.
Beberapa orang datang meminta doa untuk seseorang di luar negari. Menurut penuturannya teman teman dan dirinya sudah berusaha untuk berobat. Usaha tersebut sia-sia. Kondisi semakin rapuh. Apakah mungkin sumber sakit berasal dari kuasa gelap. Pemikiran tersebut runtuh setelah pihak rumah sakit di Negara canggih itu dan di Jakarta sudah positif mengeluarkan hasil laboratoriumnya. Dia mengindap AIDS. Sekarang dia semakin kurus dengan penyakit yang dideritanya dan menunggu ajal menantinya.
Seseorang sepulang dari melayat di pasir putih Pangkalpinang Bangka menuturkan kisahnya. “Para tetangga takut datang melayat karena dia AIDS. Istri pertama lari meninggalkannya dan mati terkena AIDS di Jakarta. Sekarang giliran dia meninggal dunia direnggut AIDS. Dia meninggalkan istri kedua dan seorang anak. Anehnya anak tersebut masih sehat dan istri kedua tinggal di sungailiat. Apakah orang mati yang mengindap AIDS bisa menularkan penyakitnya?” Wanita itu akan menikah dan melahirkan anak. Sangat mungkin sekali anak dan isteri tersebut juga mengindap AIDS.
Pada waktu seseorang sakit berkepanjangan padahal dia sudah berobat ke rumah sakit beken dimana-mana, dia sering menduga bahwa dia terkena santet, guna-guna, barang, dibuat orang dan lain-lain. Ketika orang putus asa dengan segala daya dan upaya, dia mudah tergiring berfikir irasional dan mengkambinghitamkan. Padahal menyimak data di atas kita menjadi sadar bahwa sakit AIDS adalah ulah dari dirinya sendiri , pasangannya atau orang tuanya.
Mereka sudah meninggal, tetapi mereka masih meninggalkan jejak hitam ke pasangan, anak, dan orang-orang yang pernah berhubungan intim dengannya. Orang-orang itu sekarang ini masih berada di sekitar kita.
Menutup-nutupi apa yang terjadi, menyalahkan pihak lain, memikirkan apa yang harus dikatakan untuk menutupi aib diri sendiri ataupun keluarga dll dll……bukankah itu semua merupakan beban dalam menjalani hidup kedepan.
Tidak ada yang terjadi tanpa suatu sebab meskipun bukan sepenuhnya kesalahan kita.
Kita hendaknya berani mengakui kesalahan, memperbaiki diri sendiri dan bertobat……”Datanglah kepada-KU, kalian semua yang letih lesu dan berbeban berat, AKU akan memberikan kelegaan kepadamu, karena AKU lemah lembut dan rendah hati maka hatimu akan mendapat ketenangan”
Teringat kata-kata Pastor : Jujur dengan diri sendiri, jujur dengan Tuhan, jujur dengan sesama adalah obat manjur untuk sehat walafiat, bahagia lahir dan bathin.
Terima kasih Pastor yang tidak pernah bosan dan lelah memberikan renungan-2 agar kita selalu waspada dan berada dijalan yang benar. GBU
“Menutup-nutupi apa yang terjadi, menyalahkan pihak lain, memikirkan apa yang harus dikatakan untuk menutupi aib diri sendiri ataupun keluarga dll dll……bukankah itu semua merupakan beban dalam menjalani hidup kedepan.” menambah persoalan baru, ya. makasih juga saras
Seringkali orang-orang yg sakit semakin terpojok atau dipojokkan… Padahal ‘sakit’ pun adalah situasi pergulatan dgn ‘dosa’…
Inilah panggilan bagi kita semua untuk membebaskan; memaknai sakit sebagai sebuah pengalaman iman.
Terima kasih, tulisannya bagus2 & mencerahkan… 🙂
“Inilah panggilan bagi kita semua untuk membebaskan; memaknai sakit sebagai sebuah pengalaman iman.” bagus banget hel. kita berpartisipasi sesuai dengan panggilan kita untuk sesama yang menderita