keuskupan 10 Juni 2009
Pukul 1430 wib, 8 Juni 2009 Atai Indri duduk kaku di atas kursi tua di Pasir Putih Pangkalpinang Bangka Indonesia. Seluruh tubuh basah terguyur air hujan. Debu-debu menghiasi tubuh renta. Wajah keriput diterpa ketakutan mencekam. Atap genteng rumahnya kabur digulung badai. Dinding kayu tua jebol diikat oleh angin yang mengamuk. Orang-orang kaya duduk aman di dalam gedung batu berselimutkan wool sutera dan memandang pemandangan di depan mereka sebagai sebuah hiburan atau lelucon. Penderitaan di depan mata mereka tak menggetarkan hati untuk menolong atai renta tak berdaya.
Apakah mereka juga dicekam ketakutan seperti atai tua itu atau rasa kepedulian terhadap yang menderita sudah sirna oleh ego. Kemanakah nilai-nilai keagamaan yang ditimba di gedung-gedung keagamaan? Apakah nilai-nilai tersebut sempat diinternalisasikan atau sekedar masuk di sisi kanan telinga dan keluar dari sisi kiri telinga.
menurut sy ada beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan yg diambil oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama.
– kasih / ketulusan dalam hati.
– materi
– situasi sekeliling
– watak dan ego
^ada orang yg melihat pengemis dijalanan merasa kasihan dan memberikan sedekah, dia tidak berpikir lain selain memberi.
^ada org yg merasa sangat kasihan tp diapun jg tdk mempunyai apa2 untuk diberikan.
^sementara org lain juga merasa kasihan tapi menggunakan daya pemikiran ,bahwa akan tidak baik hanya memberi sedekah, krn akan mendidik org jadi malas.
^orang lain lagi merasa kasihan tapi dia merasa takut memberi karena situasi sekeliling tidak memberikan rasa aman bg dirinya.
^dan yg lain lg mengatakan bhw pengemis adlh golongan pemalas.
dari macam2 pemikiran manusia diatas, hanya 1 yg memberi, yg mempunyai hati dan materi. sedangkan yg tidak memberi bukan tdk punya hati, tetapi dihadapkan pd jg pd kondisi2 yg lain, yg mempengaruhi dirinya untk tidak memberi.
ada orang yang mempunyai materi untk menolong sesama tapi tidak mempunyai waktu, tp sebaliknya ada jg orang yg punya waktu tp tdk punya materi.
dan dari semua itu orang yg memiliki hati menggalang kebersamaan untuk membantu sesama.
dalam kehidupan nyata ,terkadang orang tidak tahu bagaimana harus muemulainya, sehingga org hanya menunggu.komunitas basis akan sangat diperlukan untuk saling menguatkan, mendukung, meningkatkan kepedulian pd sesama.
semoga kita semua makin peka terhadap sesama yg menderita, dan berani berkorban untuk menolong sesama, seperti yang sudah diajarkan oleh Yesus sendiri.
“semoga kita semua makin peka terhadap sesama yg menderita, dan berani berkorban untuk menolong sesama, seperti yang sudah diajarkan oleh Yesus sendiri” harapan baik diberkati tuhan dan menjadi nyata dalam kehidupan
Jangan pernah menjauh dari seseorang yang pantas mendapat pertolongan: Tanganmu adalah tangan Tuhan bagi orang itu (Amsal 3:28).
Kitab Suci mengingatkan kita bahwa kita adalah tangan dan kaki Tuhan. Kita membawa belas kasihanNya ke dunia di sekitar kita. Sungguh suatu kehormatan dan tanggung jawab yang besar dan indah. Mintalah Tuhan membuka mata kita untuk melihat orang-orang di sekeliling kita yang membutuhkan sentuhan kemurahanNya, doronganNya yang lembut dan campur tanganNya yang manis. Tuhan tidak akan meminta kita untuk melakukan apapun untuk orang lain, jika itu belum dilakukanNya untuk kita. Kita harus bisa memperlihatkan belas kasihan kepada orang lain karena Dia sendiri telah memperlihatkan belas kasihanNya kepada kita. Kita harus dapat memberi dari apa yang telah kita terima.
Namun, dalam kehidupan nyata, kadang hal tersebut sukar untuk dilakukan. Kehidupan duniawi telah membuat orang lupa akan tanggung jawabnya sesama manusia, apalagi kepada Tuhan. Kesibukan dan alasan-alasan yang diungkapkan oleh Ibu Widjajanti di atas, telah menjauhkan seseorang dengan yang lainnya.
Akan tetapi masih tetap ada orang yang peduli akan sesamanya, misalnya saja bantuan kepada panti jompo, panti asuhan dan yayasan anak cacat tidak pernah berhenti diberikan oleh mereka yang berhati mulia. Keihklasan seperti inilah yang sangat kita harapkan dapat juga menyinggahi hati-hati manusia lainnya. Terima kasih Tuhan, karena bimbinganMu dan contoh nyataMu sendiri telah Kau perlihatkan kepada kami, dan semoga kami juga dapat terus melakukan apa yang telah Engkau lakukan kepada kami. Amien.
masih ada yang peduli ya
Hidup adalah proses pembelajaran agar semakin serupa dengan Tuhan, belajar, berlatih terus dan terus hingga akhir hidup kita.
Doa buka hati untuk kita semua
Senyum yg manis lepas dihati,
Terus lagi, lebih manis lagi, lebih indah lagi
semakin manis, semakin lepas, semakin indah.
Bawa kebahagiaan ini sepanjang hari, sepanjang masa
Salurkan perasaan indah ini, kepada semua makhluk yg ada di Bumi ini.
Kepada yang kita kasihi maupun yg bersalah kpd kita.
Kepada keluarga/rekan yg sdg gundah maupun gembira.
Kepada semuanya termaksud alam semesta ciptaanNYa yg Indah ini.
“Hidup adalah proses pembelajaran agar semakin serupa dengan Tuhan, belajar, berlatih terus dan terus hingga akhir hidup kita.” pembelajaran ya? memang itu
“Kamu telah menerima dengan cuma-cuma: karena itu berilah dengan cuma-cuma pula!” (Mat 10:8)
Tuhan menghendaki agar di dalam pelayanan kita hendaknya tidak mengejar upah, karena upah kita adalah pelayanan itu sendiri.
Bukan pertimbangan untung rugi, tapi pertimbangan bagaimana melaksanakan hal yang terbaik yang dapat saya lakukan.
Ya, Yesus bantulah kami meneladani St. Paulus, mewartakan injil tanpa upah, karena upah kami adalah bahwa kami boleh mewartakan Injil. Amin
““Kamu telah menerima dengan cuma-cuma: karena itu berilah dengan cuma-cuma pula!” (Mat 10:8)” makasih mie