Memecah Sunyi

Jakarta, 27 April 2009

Jalanan kota kelapa Gading jakarta Utara masih sepi di dini hari. Langit gelap. Tidak tampak sinar bintang bintang di langit. Gedung gedung tinggi setinggi langit tegak berwibawa.

Mobil hitam meluncur ke bandara Soekarno Hatta. Mas monang menyopir dengan lihai. Alunan lagu rohani lembut menggema memecah sunyi. Entah dia takut sunyi atau dia rindu dengan firman Tuhan. Demikian juga si penulis yang asyik dengan blacberry,sibuk dengan pikirannya untuk membunuh keheningan.

Waktu terus berjalan. Mobil terus berjalan. Pikiran terus berjalan. Musik terus membahana. Masing masing berjalan sesuai dengan kodratnya.

Tuhan mengatur perjalanan hidup manusia di dunia ini. Manusia menjalani kodrat manusia sesuai dengan tanggungjawab dan panggilannya masing masing. Terimakasih Tuhan. Terimakasih para sahabat. Terimakasih gedung gedung. Terimakasih jalan jalan kota. Terimakasih mobil. Terimakasih hp blacberry. Terimakasih layanan XL.

Read 3 comments

  1. Terkadang sebagai manusia bertindak ego, kita ingin sekali menikmati “suka-cita” dengan waktu yang lebih lama, bahkan selama-lamanya. Dan meninggalkan “duka-nestapa” dengan waktu yang secepat mungkin.

    Dua peristiwa “suka-cita” & “duka-nestapa” ini yang mewarnai kehidupan manusia yang akan berlalu dimakan waktu. Di dalam kehidupan ini ada pertemuan dan ada perpisahan … Hanyalah doa yang mengiringi deru mobil yang menembus kegelapan malam…Selamat jalan & selamat sampai tempat tujuan…Hanyalah Tuhan yang mengetahui isi hati manusia…

  2. Semua ini namanya hidup damai, penghidupan yg kita cari, semuanya jalan lancar. Tidak, ada gedung yg terbakar, Hp yg baterijnya habis, mobil yg mogok, pengemudi yg ketiduran. Kapalnya mengikutin arus, dijalan tidak ada kulit pisang. Tetapi toh, kita harus tetap hati2 dan waspada.

    Problem besar atau kecil akan selalu datang, untuk ditanggulangin. Sering kali problem ini bukan problem kita sendiri, tetapi problem orang lain yg menjadi problem kita. Kita bisa membantu sekuat kita, tetapi kadang2 problem mereka sudah mendalam sekali. Diluar jangkauan kita.
    Selanjutnya hanya dapat dibantu dgn yg profisional. Oleh eyang Petapa atau jawatan lainya, yg pengetahuan kemanusiaan nya sangat tinggi.

    Salam damai untuk semuanya.

Tinggalkan Balasan