Jakarta, 17 april 2009
Bapak Roni dalam training NLP di hotel syantika jakarta selatan memberi PR kepada para pesera training,”dudulah di mobil. Cermati deru mobil. Semakin mobil berjalan lambat, maka telinga kita menangkap suara. Di luar atau mobil juga lambat. Wuuuuuut. Semakin mobil bergerak cepat, suara mobil dan di luar mobil sangat cepat. Wut. Suara panjang atau pendek di luar bisa dipersepsikan menjadi sebaliknya. Artinya di persepsi kita mampu mengubah realitas yang pendek menjadi panjang dan yang panjang menjadi pendek.”
James yang mengaku filsof berpendapat bahwa dunia adalah musik alami. Gerak bumi, angin, aliran air, sinar matahari, hiruk pikuk maklhuk hidup memancarkan suara masing masing. Suara suara terlembut apapun menjadi tertangkap besar di persepsi bagi orang yang peka.
Pakde Dirjo sesepuh di jogja berujar. Kita bisa mendengar suara terlembut di dalam diri kita dalam keheningan. Tapi banyak orang tak mampu mencermati keramaian di sekeliling kita.
Allah maha besar telah mencipta manusia sempurna dan ajaib. Kita perlu mengolah menjadi lebih sempurna.
Mari sejenak kita mencoba membayangkan luasnya ciptaan Tuhan serta keagungan ciptaan itu. Begitu banyak yang telah Tuhan ciptakan di bumi ini. Namun, Dia menyebut manusia sebagai ciptaanNya yang paling sempurna – dan sisanya disebut sebagai alam semesta yang hanya bermanfaat bagi manusia ciptaanNya. Tuhan menghargai kita lebih di atas segalanya. Tuhan peduli dengan rincian. Jika kita memperhatikan seluruh ciptaanNya, setiap spesies adalah unik dan setiap ciptaan unik dalam spesiesnya. Manusia diciptakan dalam citraNya, namun masing-masing berbeda. Bunga-bunga dan pepohonan dicelup dalam warna dan kemurnian, bahkan yang tumbuh di tepi jalan tol, yang ditaburkan begitu saja oleh angin. Ketika kita bertanya apakah Tuhan tertarik dengan rincian hidup kita, renungkanlah bukti nyata yang ada di alam sekitar. Dia sangat peduli dengan segalanya – betapapun semua itu tidak berhubungan.
Dengan keunikannya masing-masing, manusia yang satu berbeda dengan yang lain, ada yang lebih peka dari yang lain, ada yang lebih perhatian dari yang lain, ada yang lebih pintar dari yang lain, ada yang lebih menawan dari yang lain, ada yang lebih kaya dari yang lain, ada yang lebih dst dari yang lain, tetapi meskipun berbeda, Tuhan ingin semua itu diolah dan dikembangkan oleh manusia dengan lebih bijaksana sehingga bisa secitraNya.Amien
Allah sebagai Sang Pencipta adalah Penyelenggara Hidup. DIA menciptakan kita dgn begitu sempurna dan memberikan kita kebebasan untuk memilih, keputusan ada pada kita. Sebagai Penyelenggara Hidup DIA sudah sediakan semuanya yang baik untuk kita tinggal bagaimana kita mengelolanya sehingga apa yang telah Allah berikan bagi kita tidak sia2. Mampukan kita menjadi garam dan air hidup???
Menjadi garam seperti sifatnya yang bisa memberi rasa juga bisa sebagai pengawet (ikan asin/telor asin). Bisakah hidup kita menjadi bermakna (mempunyai rasa spt garam) bagi orang-orang disekitar kita terutama mereka yang kita kasihi spt Allah mengasihi kita?
Menjadi air hidup berarti spt air yang bisa menghidupi seluruh mahluk di bumi ini, hidup apa adanya, mengikuti arus. Menjadi air dgn mengikuti kemana arus bukan berarti kita menjadi seseorang yang tidak peduli, sama seperti air hrs ada resapan demikianpun hidup kita, kita harus bisa mengelola hidup kita spt mengelola alam harus ada kesimbangan agar air tidak menjadi murka spt Tzunami yang dapat mendatangkan bencana.
Caranya ?????
Selalu berusaha hidup sesuai dengan citra Allah, mencari kehendak-NYA. Susah memang tapi sebagai mahluk ciptaan-Nya yang paling sempurna dan mulia kita sudah dibekali dengan akal budi dan berbagai talenta, pilihan ada pada kita tinggal apakah kita cukup peka untuk mendengar suara hati kita???
Tuhan maha segala….
Tuhan selalu menciptakan segalanya dengan baik dan benar, hanya kita sebagai manusia selalu berandai-andai yang menimbulkan efek-2 yang kurang baik & tepat, dan muncullah keseimbangan (yin-yang), spt kiri-kanan, duniawi-spiritual, ramai-hening, bagus-jelek, pintar-bodoh…dst…dst…oleh ke-ego-an manusia sendiri, sehingga semua kehidupan di dunia ini menjadi suatu misteri.
Saat kita lahir ke dunia, kita tidak membawa apa-2 (secara duniawi). Tetapi Tuhan telah merencanakan dan memberi talenta sebelumnya, baik itu duniawi ataupun sprit, tinggal kita yang mengelolanya ….
“Siapa yang menabur, dia yang menuai…”
Amin