Keuskupan, 22 Maret 2009
Bong ngi Tiam merasa kecewa dan terluka dengan sikap Eng Li karena Engli berniat menghancurkan jalan hidup. Bong ngi Tiam dengan berbagai cara seperti fitnah, pencemaran nama baik, pemutarbalikan fakta, dan lain-lain. Ia sangat terpukul dengan sikap Eng Ti. Niat tulus menolong dibalas dengan pengkhianatan.
Eyang Sayono adalah seorang petapa. Dia berasal dari kerajaan pejajaran memberi ilmu kepada Bong Ti. Dia mengaku keturunan kamandaka. Petapa itu memberikan sepenggal mantra untuk membalikkan semua kejahatan Eng Ti.
“Si setan kober (senjata kamandaka) tak pek gawemu, aku ora rumongso nggawe. Aku ora rumongso pandhe. Balekno sing nggawe. Balekno sing pandhe. Rawe rawe rantas malang-malang putung.”
Membalikkan semua kejahatan kepada si pembuat kejahatan akan berakibat fatal (menyakiti orang). Apa lebihnya kita bila kita mengasihi orang yang mengasihi kita? Orang humanis, atheis pun bisa melakukan hal itu.
Ketika nurani Bong Ngi tiam menggugat, timbullah perasaan gelisah – menderita. Dia sudah menderita, dia ditambah penderitaan. Menyadari bahwa cubit dibalas mencubit melahirkan penderitaan dan pemaknaan negatif atas perilaku kejam dari Eng ti maka ia kembali kepada hati nuraninya. Hati terdalam tidak pernah membenarkan tindakan buruk apapun dan walau tindakan itu mempunyai alasan logis. Kunci menyikapi kejahatan adalah memaknai sebuah pengkhinatan dari persepsi yang lain secara positif dan pijakan perilaku kita adalah hati nurani, yang diterangi oleh Firman Tuhan.
Bong ngi tiam kembali melangkah meniti kehidupan yang membentang. Dia berujar di tengah malam. “Tuhan tidak tidur. Biar Dia menjadi hakim atas hidup manusia.”
Bagus, akhirnya “kisah” ini mempunyai happy ending buat Bong. Batu2 kerikil biarlah jadi pelajaran. Sakit saat tersandung, tapi suatu hari pasti kita bisa melihatnya dg tersenyum & bangga krn bisa melewatinya. Kalo aja semua org mengacu ke hati nurani saat menghadapi masalah, pasti dunia ini damai ya Romo 🙂
Pengalaman yg indah dan patut ditiru, karena pada akhirnya kemenangan ada pada Bong ketika dia mendengar suara hatinya. Ingatlah satu hal Biarkan Tuhan yang menilai kita, jangan kita hidup karena penilalan orang lain :
Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois, namum terimalah mereka apa adanya.
Apabila kita berbuat baik, mungkin akan timbul prasangka : “ada itikad buruk di balik perbuatan baik yang kita lakukan itu”, tetapi tetaplah berbuat baik selalu.
Apabila kita sukses, dan menemukan kebahagiaan dan kedamaian , mungkin menimbulkan iri-hati atau cemburu, tetapi teruskanlah kesuksesan itu dan tetaplah bahagia.
Apabila kita jujur dan terbuka, mungkin orang akan menipu kita. Tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.
Apa yang telah kita bangun ber-tahun2 lamanya, mungkin dapat dihancurkan orang dalam semalam saja. Tapi janganlah berhenti dan tetaplah membangun.
Kebaikan yang kita lakukan hari ini, mungkin besok akan dilupakan orang, tetapi teruslah berbuat baik.
BIARKAN TUHAN YANG MENILAI………….
DENGARKAN SELALU SUARA HATIMU……….
KARENA TUHAN BERSEMAYAM DISANA………