Kandas

Wisma keuskupan, 10 Maret 2009

 

Among mencintai Aming. Ketika Among mau meminang Aming, Aming menolak lamaran Among. Karena Aming masih terikat dengan janji dengan Ameng. Among berulangkali berjuang merebut hati Aming. Aming dihadapkan pada dua pilihan. Among atau Ameng.

 

Keputusan Aming terhadap perasaan Among yakni, “Saya tetap berjalan bersama Ameng. Bila kita nekat menikah, maka kita melawan kehendak Tuhan. Kita tidak mungkin melawan Tuhan. Bila kita nekat melawan Tuhan, maka kita pasti kalah. Kita menyerah kepada kehendak Tuhan dan mengikuti kehendak Tuhan!”

 

Among menggaruk-garuk kepala. Ia pergi dengan sedih meninggalkan Ameng. Perasaan sering mempermainkan Among dan Aming. Namun manusia hendaknya berani mengatasi perasaan dengan kembali kepada komitmen semula dan mendengarkan hati nuraninya.

 

Read 4 comments

  1. Cinta tidak selalu harus berakhir dalam suatu pernikahan…
    terkadang berteman bisa lebih langgeng dari pada pernikahan.

    Dalam ikatan pernikahan terdapat tanggung jawab dan pengorbanan yang besar. Intinya menikah atau tidak bukan masalah, lebih baik Nikmati saja hidup ini apa adanya.

    Cinta bisa membawa kebahagiaan dan juga penderitaan.
    Pandai-pandai mengelola cinta agar dapat membawa kebahagian. Jangan sampai terlena oleh Cinta buta sehingga membawa penderitaan bagi diri sendiri.

  2. Seringkali kita terjebak oleh satu kata “cinta” yang sebetulnya sangat dalam maknannya. Cinta Kasih harus didasari oleh : Pertama-tama adalah mengenal yang dicintai, setelah mengenal kita harus memahami terakhir bila kedua hal tersebut sudah kita hayati, maka kita bisa melayani/mengasihi dengan tulus orang yang kita cintai. Cinta kasih yang tulus baru dapat kita berikan kalau kita bisa melepaskan ego dan merendahkan diri, sedangkan cinta untuk kesenangan pribadi adalah cinta buta, cinta nafsu, cinta yg egois.

    Di dalam hidup kita diberi kebebasan untuk memilih dan semua pilihan baik atau buruk ada konsekuensi yang harus ditanggung. Oleh karena itu sebelum mengambil keputusan untuk mengikatkan diri dalam suatu perkawinan, carilah dahulu apa yang Allah kehendaki untuk hidup berkeluarga kita sebab hanya Allah yang dapat memberi tanpa meminta syarat apapun dari kita.

  3. Apakah orang yang saling mencinta salah jika ingin bersama, walaupun mereka sudah berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan tersebut?

    Haruskah kita merelakan orang yang kita cinta pergi untuk alasan yang kurang masuk akal disebabkan oleh pihak lain?

Tinggalkan Balasan