Keuskupan, 4 Maret 2009
“Suami menangis tadi pagi. Dia merasa tidak berguna lagi hidup di dunia. Dia tidak bisa memberikan anak untuk isteri dan keluarga. Karena cairan kelaki-lakian-nya rapuh. Sekalipun setiap bulan disuntik cairan ajaib dari dokter seharga Rp. 1.000.000, tetap saja nihil. Saya harus bersikap bagaimana terhadapnya? Saya merindukan seorang anak, sedangkan suami tidak mampu memberikannya. Apakah saya harus menceraikannya dan menikah dengan lelaki sehat agar saya bisa mempunyai keturunan? Atau saya tetap berada dalam penderitaan berkepanjangan?” SMS Acin Pangkalpinang 4 Maret 2009 sudah nongol pertama kali di hand phone Aliong untuk menurutkan kisah Kekasihnya.
Bersamaan dengan SMS di atas boru Nainggolan dari Medan Sumatera Utara menelpon Aceng 4 Maret 2009,”Apalah awak ini, bilamana awak tidak bisa memberikan anak. Mertua memandang rendah martabat wanita yang tak mampu memberikan anak kepada mertua. Mertua bertindak semena-mena terhadap saya. Saya dijadikan sapi perahan oleh keluarga besar suami. Suami sering memukul dengan alasan ketidakmampuan saya memberikan anak kepadanya. Saya merasa memang sungguh sangat rendah di mata mereka. Dan betullah bahwa seorang wanita belumlah lengkap bilamana belum melahirkan seorang anak. Satu hal yang kuminta, sudilah Tuhan berbelaskasihan kepada keluarga kami! Itu saja! Tidak ada yang lain.”
Lamunan Acong buyar ketika Lena dan Lenu meminta Acong untuk memberkati anak yang berulang tahun ke 30 hari jam 1730 wib di Bukit Intan Pangkalpinang Bangka. “Kami sudah menikah 3 tahun. Selama 3 tahun kami berjuang untuk mendapatkan anak. Perasaan frustasi terkadang menggerogoti, ketika harapan kita belum terpenuhi. Namun kami tetap berharap, berdoa dan berjuang untuk menggapai cita-cita kami. Doa orang suci dan seluruh umat beriman sungguh menguatkan kerapuhan kami. Dia membuka telinga bagi kami. Rahim kami dibuka oleh-Nya. Kami sekarang mendapat anugerah dari Tuhan seorang bayi wanita mungil. Sebagai ungkapan terimakasih kepada Tuhan, sudilah kiranya Acong berdoa kepada sang pemberi bayi untuk mengucapkan syukur atas kemurahan-Nya kepada kami. Sungguh kami sangat bahagia dan berterimakasih.”
“Bapa, ada seorang ayah merindukan seorang anak, tetapi ia tidak mampu mempunyai seorang anak. Sementara banyak wanita merindukan bisa melahirkan seorang anak, tetapi mereka tidak mampu melakukan hal itu. Kini di hadapan kami seorang ibu yang sudah berjuang mendapatkan anak selama 3 tahun, sekarang sudah melahirkan seorang anak. Mereka mengimani bahwa anak di dekapan sang ibu adalah berasal dari pada-Mu. Maka dari itu ya Tuhan, kami mengucapkan berlimpah terimakasih atas anugerah-Mu. Karena ia adalah milik-Mu, kami percaya bahwa Engkau senantiasa melindungi membimbing dan menyertai anak ini dalam peziarahannya di dunia ini.”
Sebagai ungkapan kegembiraan keluarga menyediakan ayam arak, babi panggang, rendang babi hutan, mie, dan banyak kue. “Makan kenyang, Cong! Ini pesta keluarga! Kau adalah undangan khusus!”