Keuskupan, 27 Februari 2009
Acing mengajak Acong keliling kota. Rumah pertama yang dikunjungi adalah rumah sakit bersalin. Acong mendekati ruang VIP. Dia bertanya kepada Acing mamanya, “bayi itu anak siapa?”
Ibunya menjawab, “dia adalah anak gubernur kota ini dan anak Tuhan. Makanya dia ganteng dan dirayakan dengan gegap gempita.”
Acong mengangguk saja dengan penjelasan mamanya. Di seberang kamar pertama, dia menengok kedalam. Disana ada bayi di ranjang mungil. “Itu anak siapa ma?”
“Itu anak ibu walikota negeri ini dan anak Tuhan. Makanya mereka berpesta gembira menyambut kehadiran anaknya.”
Acong manggut manggut dengan penjelasan mamanya. Acing mengajak Acong ke asrama yatim piatu. Di sana banyak bayi dan anak anak di bawah usia 9 tahun. Acong bertanya kepada mamanya,”mereka anak siapa, ma?”
“Bayi dan anak anak di sini berasal dari berbagai kota. Ada yang sudah tidak mempunyai orang tua. Ada yang ditemukan oleh orang di depan toko. Ada anak hasil main main. Ada anak buruh dan orang tuanya tak mampu menghidupi anaknya. Ada anak hasil main main majikan dengan pembantu. TETAPI MEREKA SEMUA ADALAH ANAK TUHAN.”
Acong manggut manggut mendengar penuturan mamanya. Mereka singgah di sekolah luarbiasa. Acong kembali bertanya, “si kaki pincang itu anak siapa? Si bisu itu anak siapa? Si tuli itu anak siapa? Si lumpuh itu anak siapa? Si buruk muka itu anak siapa?”
Acong memberondong dengan ribuan pertanyaan. Mamanya dengan tenang menjawab dengan mantap, “semua itu dilahirkan oleh seorang ibu. Namun demikian seburuk buruknya mereka, mereka juga anak Tuhan.”
Acong mengkerutkan kening. Anak Tuhan ada yang ganteng, ada yang buruk rupa. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang berbapa dan tak berbapa. Ada yang cacat, ada yang sehat.
Acing membawa ke rumah sakit jiwa di kota itu. Acong bertanya kepada mamanya. “Mereka ada yang bugil. Mereka ada yang tertawa sendiri. Mereka ada yang berteriak teriak histeris. Mereka anak siapa, ma?”
Mereka dilahirkan oleh seorang ibu, hasil hubungan kasih dua insan. Mereka semua adalah gambar dan citra Allah. Sekalipun mereka gila, mereka adalah anak anak Allah.”
Jadi semua manusia adalah anak Tuhan? Semua manusia adalah gambar Allah?”
Begitulah anakku. Kita harus mencintaintai mereka seperti Allah mencintainya.”
Terimakasih ma. Engkau lahirkan Acong baik adanya. Terimakasih Tuhan Engkau memberi anggota tubuh lengkap, pikiran cemerlang.”
Aku anak siapa?? tentu aku akan jwb aku adalah anak Tuhan Yesus dan aku adalah anak mama.
Tuhan Yesus dan mama adalah..sosok yg sngt berarti dlm kehidupnku. Knp berarti??? Krn bagiku..Tuhan Yesus selalu ada di sampingku dan selalu menopang langkah2 hidupku dan sosok mama adalah sosok seorang wanita yg lemah lembut dan penuh akan perjuangan hidup dan mati dlm membesarkanku dan merawatku.
Terima kasih Tuhan…engkau berikan aku seorang ibu yg penuh kasih…..
Makasih Romo….Kisah yg Romo tulis saat ini…mengingatkan ku .. untuk selalu ingat mengucap syukur atas apa yg telah ku miliki sampai saat ini.
Met malam Romo…
Selamat berkarya
dan sehat selalu…..
Aku anak siapa?? tentu aku akan jwb aku adalah anak Tuhan Yesus dan aku adalah anak mama.
Tuhan Yesus dan mama adalah..sosok yg sngt berarti dlm kehidupnku. Knp berarti??? Krn bagiku..Tuhan Yesus selalu ada di sampingku dan selalu menopang langkah2 hidupku dan sosok mama adalah sosok seorang wanita yg lemah lembut dan penuh akan perjuangan hidup dan mati dlm membesarkanku dan merawatku.
Terima kasih Tuhan…engkau berikan aku seorang ibu yg penuh kasih…..
Makasih Romo….Kisah yg Romo tulis saat ini…mengingatkan ku .. untuk selalu ingat mengucap syukur atas apa yg telah ku miliki sampai saat ini.
Met malam Romo…
Selamat berkarya
dan sehat selalu…..
Kunjungan ke Panti Asuhan beberapa waktu yg lalu membuat hati terenyuh melihat anak anak…..ada yg siang itu tidur tergeletak diubin dengan bantal tanpa alas…..ada yg masih 2 bulan tidur dalam gendongan seorang ibu……pengasuh memberitahukan bahwa tidak lama lagi mereka menerima bayi yg berusia 2 minggu…..apa dosa dan salah mereka sampai orang tua tidak mau melihat dan membesarkan mereka……pdhal fisik mereka tidak cacat.
Acong yg melihat dibeberapa tempat dengan kondisi yg lebih parah jelas lebih terenyuh, mengkerutkan kening bahkan mungkin juga sempat bernapas panjang.
Seorang bayi itu sepenuhnya berserah diri pada Semesta, tidak berpikir banyak, tidak membenci siapapun, tidak melawan…..kok tega-tega nya dibuang ya.
Marilah kita yang mempunyai rejeki lebih berbagi ke Panti Asuhan agar mereka juga merasakan kasih sayang dengan kunjungan-kunjungan kita atau menjadikan mereka sebagai anak asuh agar mendapat pendidikan yg baik untuk masa depannya.
Gejala apa didunia sekarang ini? Krisis tanggung jawab, krisis moral, krisis cinta kasih atau tidak waras lagi ya.
Kunjungan ke Panti Asuhan beberapa waktu yg lalu membuat hati terenyuh melihat anak anak…..ada yg siang itu tidur tergeletak diubin dengan bantal tanpa alas…..ada yg masih 2 bulan tidur dalam gendongan seorang ibu……pengasuh memberitahukan bahwa tidak lama lagi mereka menerima bayi yg berusia 2 minggu…..apa dosa dan salah mereka sampai orang tua tidak mau melihat dan membesarkan mereka……pdhal fisik mereka tidak cacat.
Acong yg melihat dibeberapa tempat dengan kondisi yg lebih parah jelas lebih terenyuh, mengkerutkan kening bahkan mungkin juga sempat bernapas panjang.
Seorang bayi itu sepenuhnya berserah diri pada Semesta, tidak berpikir banyak, tidak membenci siapapun, tidak melawan…..kok tega-tega nya dibuang ya.
Marilah kita yang mempunyai rejeki lebih berbagi ke Panti Asuhan agar mereka juga merasakan kasih sayang dengan kunjungan-kunjungan kita atau menjadikan mereka sebagai anak asuh agar mendapat pendidikan yg baik untuk masa depannya.
Gejala apa didunia sekarang ini? Krisis tanggung jawab, krisis moral, krisis cinta kasih atau tidak waras lagi ya.
Ada pepatah “gajah kawin dengan gajah, semut kawin dengan semut”. Papatah ini cocok dgn filosofi Bibit Bobot Bebet ya supaya seimbang gitu. Ada contoh teman anak saya kedua orang tuanya tuna netra mereka bertemu di sekolah tuna netra, anak2 yang terlahir dari perkawinannya tidak ada yang cacat, semua normal dan utk keperluan di sekolah atau lain2nya neneknya yg urus. Anak itu anugerah Tuhan, kelahirannya penuh misteri sebagai orang tua kita ga bisa tolak anak yg lahir dari rahim kita bagaimanapun kondisinya. Spt nenek yang mengurus cucnya karena keterbatasan anak dan menantunya yang cacat.
Ada contoh lain seorang pemuda anak orang berada, ganteng, pinter, dia mencintai seorang gadis teman kuliahnya yang cacat, kelihatan spt idiot (padahal pinter), wajah tampak lebih tua dari usianya kaki dan tangan tidak normal walaupun bisa jln tanpa kursi roda, orang tua menentang apa jawab pemuda tersebut :”Mom, kasian ya dia kalau bukan saya yang saying dia siapa yang mau sama dia, jangan lihat fisiknya tapi lihat hatinya” sungguh tulus dan mulia cinta pemuda itu. Ketika orang tuanya datang pada saya dan minta saya menasihati anaknya saya hanya bisa berkata saya sudah tahu kondisi anakmu sejak pertama mereka kenal, tapi kelihatannya anakmu sungguh mencintai gadis itu dan bukan sekedar kasihan, percayalah Tuhan sedang pakai anakmu. Kalau mereka tidak berjodoh mereka bisa sebagai sahabat karena hubungan tulus itu, semakin kamu larang semakin kuat cinta anakmu. Kita hanya dapat berdoa agar Tuhan berikan yang terbaik bagi mereka. Karena orangtua sudah mengancam akan mencoretnya dari daftar anak juga pemuda ini tetap pada pendiriannya.
Oleh karena itu kita patut bersyukur bahwa kita telah dilahirkan normal dan melahirkan anak2 yang normal pula.
Ada pepatah “gajah kawin dengan gajah, semut kawin dengan semut”. Papatah ini cocok dgn filosofi Bibit Bobot Bebet ya supaya seimbang gitu. Ada contoh teman anak saya kedua orang tuanya tuna netra mereka bertemu di sekolah tuna netra, anak2 yang terlahir dari perkawinannya tidak ada yang cacat, semua normal dan utk keperluan di sekolah atau lain2nya neneknya yg urus. Anak itu anugerah Tuhan, kelahirannya penuh misteri sebagai orang tua kita ga bisa tolak anak yg lahir dari rahim kita bagaimanapun kondisinya. Spt nenek yang mengurus cucnya karena keterbatasan anak dan menantunya yang cacat.
Ada contoh lain seorang pemuda anak orang berada, ganteng, pinter, dia mencintai seorang gadis teman kuliahnya yang cacat, kelihatan spt idiot (padahal pinter), wajah tampak lebih tua dari usianya kaki dan tangan tidak normal walaupun bisa jln tanpa kursi roda, orang tua menentang apa jawab pemuda tersebut :”Mom, kasian ya dia kalau bukan saya yang saying dia siapa yang mau sama dia, jangan lihat fisiknya tapi lihat hatinya” sungguh tulus dan mulia cinta pemuda itu. Ketika orang tuanya datang pada saya dan minta saya menasihati anaknya saya hanya bisa berkata saya sudah tahu kondisi anakmu sejak pertama mereka kenal, tapi kelihatannya anakmu sungguh mencintai gadis itu dan bukan sekedar kasihan, percayalah Tuhan sedang pakai anakmu. Kalau mereka tidak berjodoh mereka bisa sebagai sahabat karena hubungan tulus itu, semakin kamu larang semakin kuat cinta anakmu. Kita hanya dapat berdoa agar Tuhan berikan yang terbaik bagi mereka. Karena orangtua sudah mengancam akan mencoretnya dari daftar anak juga pemuda ini tetap pada pendiriannya.
Oleh karena itu kita patut bersyukur bahwa kita telah dilahirkan normal dan melahirkan anak2 yang normal pula.
Setiap orang adalah berharga dan dapat melampaui keterbatasan dirinya sendiri… Ini semua tentunya karena setiap orang (entah kebetulan disadari atau belum) memiliki potensi/daya/kekuatan yang tertahan didalam diri untuk mengubah kondisi dirinya menjadi lebih baik dari apa yang saat ini menjadi “keadaan” dia, apapun itu.
Kita yang saat ini menyadari akan hal ini, tentunya secara tidak langsung, dapat merasakan bahwa kita diberi tugas untuk mentransformasikan “rasa berharga” ini bagi pengembangan/kemajuan diri sendiri dan generasi penerus, dengan tak lupa untuk menjalankan tugas menjadi “Ragi”, “Garam”, Dan “Terang” sehingga semakin banyak orang yang merasakan “rasa berharga” ini. Maka prinsip “tips-tips psikologi” yang ada di majalah-majalah bahwa : semakin banyak kita bergaul dengan orang yang positif maka jadilah kita orang yang positif, akan dapat mudah terwujud dan terus bertumbuh dan berkembang menjadi hal yang menguntungkan.
Sekali lagi, pada dasarnya setiap orang adalah berharga. Pertanyaannya, maukah kita menjadi berharga? Dengan menghargai sesama kita sebagai Gambaran Allah, maka seperti apakah sikap kita jadinya terhadap sesama?
Semua kembali kepada kondisi lingkungan masing-masing dan informasi yang diperoleh individu-individu yang menjalani kehidupan ini dan motivasi yang ditumbuhkan individu itu dalam dirinya sendiri. Maka itu, salut pada Romo yang terus menebarkan jala kehidupan, salut kepada pembaca setia blog ini. Anda semua adalah orang yang berharga.
Salam Damai.
Setiap orang adalah berharga dan dapat melampaui keterbatasan dirinya sendiri… Ini semua tentunya karena setiap orang (entah kebetulan disadari atau belum) memiliki potensi/daya/kekuatan yang tertahan didalam diri untuk mengubah kondisi dirinya menjadi lebih baik dari apa yang saat ini menjadi “keadaan” dia, apapun itu.
Kita yang saat ini menyadari akan hal ini, tentunya secara tidak langsung, dapat merasakan bahwa kita diberi tugas untuk mentransformasikan “rasa berharga” ini bagi pengembangan/kemajuan diri sendiri dan generasi penerus, dengan tak lupa untuk menjalankan tugas menjadi “Ragi”, “Garam”, Dan “Terang” sehingga semakin banyak orang yang merasakan “rasa berharga” ini. Maka prinsip “tips-tips psikologi” yang ada di majalah-majalah bahwa : semakin banyak kita bergaul dengan orang yang positif maka jadilah kita orang yang positif, akan dapat mudah terwujud dan terus bertumbuh dan berkembang menjadi hal yang menguntungkan.
Sekali lagi, pada dasarnya setiap orang adalah berharga. Pertanyaannya, maukah kita menjadi berharga? Dengan menghargai sesama kita sebagai Gambaran Allah, maka seperti apakah sikap kita jadinya terhadap sesama?
Semua kembali kepada kondisi lingkungan masing-masing dan informasi yang diperoleh individu-individu yang menjalani kehidupan ini dan motivasi yang ditumbuhkan individu itu dalam dirinya sendiri. Maka itu, salut pada Romo yang terus menebarkan jala kehidupan, salut kepada pembaca setia blog ini. Anda semua adalah orang yang berharga.
Salam Damai.
Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, ‘Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik…’ Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, ‘Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.’ Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.
Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, ‘Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami.’ Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. ‘Anak laki-laki pak,’ kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.
Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, ‘Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda.’ Si ayah membalas, ‘Kabar apapun, saya siap menerimanya,pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk’ ‘Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,’ jelas si dokter. ‘Apa maksud bapak,’ si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, ‘Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius.’ Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, ‘Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu.’
But above all these things put on love, which is the bondof perfection. Colossians 3:14 (NKJV)
Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.
Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. ‘Woi anak gw nih…ganteng kan ?’ Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.
Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.
Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, ‘Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa.’ Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi ‘ting’, maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, ‘Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya’.
Setelah itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, ‘Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama.’ Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, ‘Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.’ Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, ‘Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.’ Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma ‘sedap’ dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. ‘Wah pasti enak nih.’
Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, ‘Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ‘ kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?’ Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, ‘Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.’
Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, ‘Enak kan pa?’
‘Iya, enaaaak sekali,’ lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, ‘Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo….’ Si ayah berkata, ‘Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.’ Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, ‘Harum dan enak kan pa?’ Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, ‘Pahit, tapi papa suka sekali.’ Dan dengan lugunya si anak menjawab, ‘Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,’ karena ia mengira ayahnya sedang bercanda.
Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata ‘Ray, kamu tau nggak…’
‘Nggak paa,’ potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan, ‘Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah berkata lagi, ‘Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?’ Si anak sambil menggelengkan kepala, ‘Nggak tau pa….’ ‘Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah melanjutkan, ‘Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?’ Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, ‘Nggak tahu pa…..’ ‘Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.’ ‘Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.’ Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, ‘Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Sama-sama papaah….’ Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, ‘Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…’
Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa
yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.
Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..
Adalah seorang muda yang taat berdoa yang masih berpacaran dengan seorang gadis muda juga yang baik hati. Kedua orang ini adalah dua konglomerat kaya. Sebelumnya mereka pun selalu berdoa, ‘Tuhan berikanlah aku pasangan yang menurut Engkau terbaik…’ Setelah mereka menikah, keadaan berubah. Maksudnya, doanya berubah menjadi, ‘Tuhan, berikanlah kami anak yang terbaik buat kami.’ Tetapi setelah 7 tahun mereka menikah, mereka tidak mempunyai anak.
Setelah mereka berdoa dan berdoa, akhirnya mereka mempunyai anak. Dan keadaan, maksudnya doa mereka berubah lagi, ‘Tuhan, biarlah anak ini menjadi anak yang terbaik bagi kami.’ Dan benar, setelah 9 bulan istrinya mengandung,lalu lahirlah seorang anak bagi mereka. ‘Anak laki-laki pak,’ kata dokternya. Sang ayah langsung melonjak kegirangan.
Tetapi setelah 3 hari, sang dokter memanggil si ayah ke rumah sakit. Lalu si dokter berkata, ‘Pak, dengan berat hati saya harus menyampaikan kabar buruk kepada anda.’ Si ayah membalas, ‘Kabar apapun, saya siap menerimanya,pak dokter. Saya siap menghadapi yang terburuk’ ‘Dan hal yang buruk itu adalah, bahwa putra anda tidak akan bertumbuh dengan normal seperti anak-anak yang lain,’ jelas si dokter. ‘Apa maksud bapak,’ si ayah bertanya. Dokter melanjutkan, ‘Putra anda menderita sesuatu kecacatan yang tidak dapat disembuhkan. Yaitu cacat mental yang serius.’ Sang ayah lalu menitikan air mata dan berkata sambil berdoa, ‘Tuhan, apapun yang Engkau berikan kepadaku, aku tahu semuanya baik dan Engkau tidak pernah mencelakakan anak-anakMu.’
But above all these things put on love, which is the bondof perfection. Colossians 3:14 (NKJV)
Sejak itu, kedua orang tua itu membeli ranjang bayi khusus anak mereka dan ditaruh di samping ranjang mereka berdua. Mereka selalu kesulitan untuk mengurus anak mereka tersebut,tetapi mereka menanggung semuanya itu. Beranjak keluar dari umur batita, mereka membuatkan kamar khusus untuk anak mereka tersebut. Anak itu menjadi anak yang sangat istimewa dan menjadi anak mereka satu-satunya. Mereka memberikannya segala yang dia mau dan dia perlukan. Mainan macam-macam, komputer, boneka, dan lain-lain. Dan jika si ayah selesai pulang kerja, ia selalu mengajak si anak bermain. Dengan mainan yang ada atau jika ayahnya membawa mainan yang baru untuk anaknya.
Setiap ayahnya pergi keluar misalkan untuk berpesta dengan rekan kerjanya atau teman-temannya yang sedang berbahagia, ia selalu membawa serta istri dan anaknya. Dan di depan rekan-rekan kerjanya atau teman-temannya, ia selalu membanggakan anaknya. ‘Woi anak gw nih…ganteng kan ?’ Selalu ia mengatakan demikian, karena ia tahu, anaknya ini adalah anugerah Allah yang terbesar dalam dirinya.. Dan ia sangat mengasihi anak ini, karena ini anaknya. Meskipun dia cacat.
Tetapi setelah anak itu bertumbuh makin dewasa, kecacatannya semakin kelihatan. Kemampuan komunikasinya kurang, jika terjemur matahari sebentar mulutnya akan keluar busa, dan jika sedang berbicara kadang air liurnya menetes. Tetapi meskipun begitu, kedua orang tua tetap sangat sangat menyayangi anak mereka yang cacat itu.
Suatu hari, pagi-pagi sekali anak cacat ini sudah bangun, sekitar pukul 4.30. Dalam pikirannya, ‘Hari ini, aku pengen buat sarapan yang speeeeeesial buat papa.’ Setelah doa pagi, ia pergi menuju dapur. Ia mengambil potong roti, lalu menaruhnya dalam oven, dan menyetel waktunya sampai 10 menit. Tentu saja hasilnya gosong. Setelah bunyi ‘ting’, maka anak cacat itu menaruhnya di atas sebuah piring. Lalu ia mengoleskan selai kacang keju yang (amat) sangat banyak, sambil berpikir, ‘Harus kasih yang baaaaanyak buat papa, biar ueeeeenak rasanya’.
Setelah itu, ia berlari ke kulkas, lalu mengambil sebutir telur. Dan lalu memanaskan panci di atas kompor, lalu memecahkan telur tersebut dan menuangkan isinya ke dalam panci tersebut, dan langsung menaruhnya di atas piring yang lain, sambil berpikir, ‘Kalo aku buatnya cepet, pasti papa seneng, karena gak perlu nunggu lama.’ Dan lalu ia bergegas mengambil cangkir, dan mengambil toples kopi bubuk. Jika kita hanya membutuhkan 2 sendok teh, anak cacat ini memakai 5 sendok teh kopi bubuk, sambil berpikir, ‘Kalau 2 sendok the saja sudah harum, apalagi 5, pasti papa suka.’ Jadilah kopi yang terasa seperti kopi tua itu. Lalu si anak cacat ini mengambil nampan, lalu dengan hati-hati tanpa menimbulkan bunyi macam-macam, menaruh semua piring yang di atasnya ada roti gosong dan telur mentah dan cangkir kopi tua tersebut, dan menuju kamar ayahnya. Lalu ia membangunkan ayahnya, dan lalu berkata begini, ‘Papa, bangun dong, aku udah buat sarapan yang spesiaaaaaaaal buat papa.’ Lalu ayahnya bangun dan melihat dan menghirup aroma ‘sedap’ dari roti gosong, telur mentah dan kopi tua tersebut. ‘Wah pasti enak nih.’
Sebelum si ayah melipat tangannya untuk berdoa, si anak berkata, ‘Pa, kali ini aku doain makanan ini buat papa ya, ‘ kan biasanya papa yang doain. OK ya papa?’ Sebelum ayahnya sempat mengangguk, si anak cacat ini sudah melanjutkan, ‘Papa ikutin ya: Tuhan Yesus, terima kasih, atas makanan ini, yang telah Tuhan sediakan. Terima kasih Tuhan, amin.’
Lalu ayahnya mecoba roti gosong tersebut, dan setelah ayahnya mengunyah gigitan pertama, si anak cacat dengan polosnya bertanya, ‘Enak kan pa?’
‘Iya, enaaaak sekali,’ lalu melanjutkan makan. Setelah roti tersebut habis, ia memakan telur mentah tersebut. Dan si anak bertanya, ‘Telurnya enak kan pa? Aku yang masak semuanya loooo….’ Si ayah berkata, ‘Wah kamu yang masak? Enak sekali nak.’ Lalu si ayah melanjutkan memakan telur mentah tersebut. Setelah semua makanan habis, ia mecoba kopi tua itu. Si anak bertanya lagi, ‘Harum dan enak kan pa?’ Si ayah tanpa expresi mual apapun, membalasnya, ‘Pahit, tapi papa suka sekali.’ Dan dengan lugunya si anak menjawab, ‘Ya iya dong papa, kopi kan pahit…,’ karena ia mengira ayahnya sedang bercanda.
Setelah semuanya habis, si ayah membelai kepala anaknya dan berkata ‘Ray, kamu tau nggak…’
‘Nggak paa,’ potong si anak cacat tersebut. Lalu si ayah melanjutkan, ‘Kalau semua masakan kamu, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Iya dong pa, kan aku yang masakin, spesiaaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah berkata lagi, ‘Kamu tahu nggak kenapa papa senang hari ini?’ Si anak sambil menggelengkan kepala, ‘Nggak tau pa….’ ‘Karena hari ini kamu dah buat sarapan yang, spesiaaaaal buat papa.’ Lalu si ayah melanjutkan, ‘Ray, kamu tahu gak kenapa papa sayaaaaaaang sekali sama kamu?’ Lalu dengan lugunya anak cacat ini menjawab, ‘Nggak tahu pa…..’ ‘Karena kamu anak papa yang udah bikin papa, seneeeeeeeeeeeng banget.’ ‘Raymond juga, sayaaaaaaaaaang banget sama papa.’ Lalu sambil menitikan air mata, ia memeluk anaknya yang cacat itu, dan berkata kepada anaknya, ‘Terima kasih ya nak, karena telah memasakan sarapan roti, telur, dan kopi ini buat papa. Semuanya terasa, enaaaaak sekali.’ Lalu si anak menjawab, ‘Sama-sama papaah….’ Dan si ayah lalu berdoa dalam hatinya, ‘Tuhan terima kasih, karena Engkau sudah memberikan anak yang sangat sayang padaku…’
Anda tahu, siapakah anak cacat dan ayah tersebut?
Kamulah, yang sedang membaca adalah anak yang cacat tersebut.. Seperti anak cacat itu memberikan kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi tua, juga kita, memberikan apa yang tidak sempurna dari kita untuk Tuhan. Roti gosong, telur mentah dan kopi tua, yang merupakan apa
yang tidak sempurna dari kita misalnya, pujian, dan kehidupan kita, Tuhan terima semuanya dengan senang hati, karena Tuhan tahu, bahwa kita melakukannya dengan segenap hati kita yang tertuju pada Bapa di sorga, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga.
Ingat ini: Bapamu di sorga menyayangimu, apa adamu, apa yang ada padamu, apapun yang engkau berikan dengan segenap hatimu, merupakan sebuah persembahan yang harum. Karena Bapamu mengasihi kamu, sampai-sampai Ia sendiri mengirimkan Anak-Nya untuk turun ke dunia, untuk menebuskan dan mematahkan segala kutuk atas diri kita, dan untuk membayar lunas segala hutang dosa kita dan menebus dosa kita dari maut..