Keuskupan, 26 Februari 2009
Menarik menyimak filosofi sebagian orang Jawa berikut ini, “kalau anda memilih jodoh maka anda hendaknya mencari bibit, bobot, bebet yang unggul.”
Sebagian orang muda Jawa generasi sekarang kurang peduli dengan filosofi tersebut. Pondasi utama membangun rumah tangga adalah cinta. Bila direktur jatuh cinta dengan pembantu dari desa, maka mereka bisa menikah sah secara agama dan sipil. Misalkan, perkawinan di greja sah apabila kedua mempelai sepakat konsensus untuk hidup bersama selamanya atas dasar keduanya saling cinta dengan disaksikan oleh awan dan yang tertahbis (diakon imam).
Kedua prinsip di atas mempunyai kebenaran dari sisi yang meyakini dan menjalani.
Namun fakta yang ditemukan di dunia ini dari abad ke abat terkadang filosofi sebagian orang Jawa sudah terjadi berabad abad , bahkan masa kini dan boleh jadi yang akan datang.
Sedikit agak kasar bila orang mengatakan, “Si pedro penjudi, maka wajar bila anak anaknya juga penjudi.”
Yang lain berujar,” oh mamanya bekas pelacur parit VI, pantaslah bila anaknya sekarang menjual diri.”
“Sekalipun Bunda Maria adalah orang sederhana, dia keturunan raja Daud.”
“Biarpun Yusuf adalah budak belian tetapi dia adalah salah satu pilihan Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel.”
“Walaupun Musa adalah anak buangan yang ditemukan di sungai, tetapi dia pilihan Allah dari bangsa pilihan, Israel.”
Masih banyak data data dalam sejarah yang menunjukkan bahwa bibit bebet bobot seseorang adalah besar perannya. Filosofi orang Jawa bisa saja disanggah dengan mengacu dari keyakinan lain. Misalkan, “semua orang mempunyai potensi menjadi budha.”
Orang kristen berkeyakinan bahwa ,semua adalah gambar Allah. Semua manusia adalah anak Allah.”
Seorang pengusaha besar di bangka berujar,” setiap orang mempunyai sisi baik di dalam dirinya. Kita harus melihat sisi baik tersebut di dalam diri orang.”
Masing-masing dari kita jelas berpijak dari keyakinan masing masing. ajaran Kristus mengatasi filosofi orang orang Jawa. Ini sangat membantu orang mengatasi keterbatasan di dalam dirinya sendiri. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa bibit nenek moyang kita sangat mempengaruhi kita.
Sebagai penutup tulisan ini pastor menyajikan sepenggal doa seorang ibu, “Tuhan apakah salah dan dosaku pada Mu? Sekalipun aku tidak pernah jahat dengan sesamaku dan aku setia kepada Mu, namun 9 garis keturunanku ada saja yang cacat.”
Menyimak doa ibu tersebut, kelihatannya ibu ini adalah seorang yang taat dan percaya kepada penyelamatan Tuhan Yesus Kristus, mungkin dia menikah tanpa memperhatikan BIBIT, BOBOT DAN BEBET karena dia percaya pada Sang Penyelenggara Hidup. Tapi ada satu hal yang dilupakan bahwa di dalam iman kita selain kita mengandalkan Tuhan, kita tetap harus berusaha. Mungkin ibu ini dipilih Tuhan untuk menyadarkan dosa2 yang dilakukan oleh nenek moyang dari keluarga suami, tapi sang ibu tidak menyadari potensi dalam dirinya dan hanya mengeluh “Sekalipun aku tidak pernah jahat dengan sesamaku dan aku setia kepada Mu, namun 9 garis keturunanku ada saja yang cacat.”. Cobalah berusaha untuk mencari akar permasalahan lalu bertobatlah, dengan bertobat berarti ada perubahan sama seperti Saulus ketika dia bertobat, dia berubah. Sauluspun bukan orang jahat dia adalah seorang Yahudi yang taat pada Taurat. Karena ketaatannya pada hukum Taurat dia jadi mengejar2 pengikut Yesus yang dianggapnya menyalahi hukum Taurat. Bila akar permasalahan ditemukan, sudah bertobat, dengan bantuan Roh Kudus anda akan mendapatkan solusi, mungkin bisa melalui bantuan Teraphy. Romo Titus itu bagiannya. Percayalah tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ibu harus bersyukur bahwa ibu dipilih Tuhan untuk membantu dan menyelamatkan keturunan selanjutnya agar terbebas dari kutuk atau lahir anak cacat.
Menyimak doa ibu tersebut, kelihatannya ibu ini adalah seorang yang taat dan percaya kepada penyelamatan Tuhan Yesus Kristus, mungkin dia menikah tanpa memperhatikan BIBIT, BOBOT DAN BEBET karena dia percaya pada Sang Penyelenggara Hidup. Tapi ada satu hal yang dilupakan bahwa di dalam iman kita selain kita mengandalkan Tuhan, kita tetap harus berusaha. Mungkin ibu ini dipilih Tuhan untuk menyadarkan dosa2 yang dilakukan oleh nenek moyang dari keluarga suami, tapi sang ibu tidak menyadari potensi dalam dirinya dan hanya mengeluh “Sekalipun aku tidak pernah jahat dengan sesamaku dan aku setia kepada Mu, namun 9 garis keturunanku ada saja yang cacat.”. Cobalah berusaha untuk mencari akar permasalahan lalu bertobatlah, dengan bertobat berarti ada perubahan sama seperti Saulus ketika dia bertobat, dia berubah. Sauluspun bukan orang jahat dia adalah seorang Yahudi yang taat pada Taurat. Karena ketaatannya pada hukum Taurat dia jadi mengejar2 pengikut Yesus yang dianggapnya menyalahi hukum Taurat. Bila akar permasalahan ditemukan, sudah bertobat, dengan bantuan Roh Kudus anda akan mendapatkan solusi, mungkin bisa melalui bantuan Teraphy. Romo Titus itu bagiannya. Percayalah tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ibu harus bersyukur bahwa ibu dipilih Tuhan untuk membantu dan menyelamatkan keturunan selanjutnya agar terbebas dari kutuk atau lahir anak cacat.
Kalo boleh menambahkan di sini, adat Tiong Hoa pun sangat memperhatikan bibit, bebet dan bobot. Menurut orang-orang tua dulu,bapak-ibu yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula, sesuai dengan pepatah “Daun tidak akan jauh jatuh dari pohonnya”. Kalo dipikir-pikir benar juga ya. Memang “bibit” adalah salah satu faktor yang dapat menurunkan anak yang baik, tetapi pendidikan dan ajaran orang tua, guru di sekolah dan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada pribadi seorang anak. Kanak-kanak ibaratkan kapas putih yang tidak ada noda, jika dia diajarkan baik maka sedikit banyak itu akan membuatnya baik, lingkungan di sekitar kanak-kanak tersebut sangat mempengaruhi perkembangannya. Seperti kata salah seorang guru saya, keyakinan (value) seorang anak di bawah 8 tahun itu diperoleh dari lingkungan terdekatnya, dimana setiap hari anak tersebut berinteraksi, orang tua,guru, teman, saudara akan mempengaruhi keyakinan anak. Anak akan membentuk keyakinannya sendiri dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya.Seiring dengan pertumbuhannya, keyakinan tersebut dapat saja berubah berdasarkan pemikiran dan pemahamannya sendiri.
Kalo boleh menambahkan di sini, adat Tiong Hoa pun sangat memperhatikan bibit, bebet dan bobot. Menurut orang-orang tua dulu,bapak-ibu yang baik akan melahirkan anak-anak yang baik pula, sesuai dengan pepatah “Daun tidak akan jauh jatuh dari pohonnya”. Kalo dipikir-pikir benar juga ya. Memang “bibit” adalah salah satu faktor yang dapat menurunkan anak yang baik, tetapi pendidikan dan ajaran orang tua, guru di sekolah dan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh pada pribadi seorang anak. Kanak-kanak ibaratkan kapas putih yang tidak ada noda, jika dia diajarkan baik maka sedikit banyak itu akan membuatnya baik, lingkungan di sekitar kanak-kanak tersebut sangat mempengaruhi perkembangannya. Seperti kata salah seorang guru saya, keyakinan (value) seorang anak di bawah 8 tahun itu diperoleh dari lingkungan terdekatnya, dimana setiap hari anak tersebut berinteraksi, orang tua,guru, teman, saudara akan mempengaruhi keyakinan anak. Anak akan membentuk keyakinannya sendiri dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya.Seiring dengan pertumbuhannya, keyakinan tersebut dapat saja berubah berdasarkan pemikiran dan pemahamannya sendiri.
Bibit bebet dan bobot adalah parameter yang digunakan oleh orang jawa (atau khususnya para orang tua jawa) dalam menentukan calon menantu, baik dari pihak perempuan maupun laki-laki. Falsafah ini sebetulnya lahir berdasarkan kebutuhan atau lebih tepatnya kekhawatiran para orang tua atas kelangsungan hidup perkawinan anak-anaknya.
Bibit berarti ortu ingn memastikan bahwa calon menantu berasal dari keluarga yg baik2.
Bebet berarti kondisi ekonomi bg calon menantu dlm menanggung kehidupan ekonomi kehidupan rmh tangganya kelak.
Bobot berarti konsepsi tentang kualitas yang dipertontonkan oleh sang calon menantu. Hal ini lebih berkaitan dengan kualitas dirinya sendiri sebagai manusia. Seberapa dalamkah ia sebagai manusia sudah mau belajar dan menjadi terpelajar.
Tapi…sebuah konsepsi yang tadinya bercita-cita luhur yaitu memilihkan yang terbaik bagi sang anak tercinta terpeleset…… menjadi yang terbaik buat orang tua!!!! Para orang tua hendaknya harus bisa melakukan semua proses yang berkaitan dengan falsafah ini dengan berkepala dan berhati dingin, agar kelak si anak yang menjadi pelaku utama hidup perkawinannya tidak menyesal dikemudian hari melainkan menemukan kebahagiaan yangs sejati lewat pernikahan yang dilakukan dengan pasangan yang memang sesuai dengannya….
Bibit bebet dan bobot adalah parameter yang digunakan oleh orang jawa (atau khususnya para orang tua jawa) dalam menentukan calon menantu, baik dari pihak perempuan maupun laki-laki. Falsafah ini sebetulnya lahir berdasarkan kebutuhan atau lebih tepatnya kekhawatiran para orang tua atas kelangsungan hidup perkawinan anak-anaknya.
Bibit berarti ortu ingn memastikan bahwa calon menantu berasal dari keluarga yg baik2.
Bebet berarti kondisi ekonomi bg calon menantu dlm menanggung kehidupan ekonomi kehidupan rmh tangganya kelak.
Bobot berarti konsepsi tentang kualitas yang dipertontonkan oleh sang calon menantu. Hal ini lebih berkaitan dengan kualitas dirinya sendiri sebagai manusia. Seberapa dalamkah ia sebagai manusia sudah mau belajar dan menjadi terpelajar.
Tapi…sebuah konsepsi yang tadinya bercita-cita luhur yaitu memilihkan yang terbaik bagi sang anak tercinta terpeleset…… menjadi yang terbaik buat orang tua!!!! Para orang tua hendaknya harus bisa melakukan semua proses yang berkaitan dengan falsafah ini dengan berkepala dan berhati dingin, agar kelak si anak yang menjadi pelaku utama hidup perkawinannya tidak menyesal dikemudian hari melainkan menemukan kebahagiaan yangs sejati lewat pernikahan yang dilakukan dengan pasangan yang memang sesuai dengannya….
Setiap kita yang lahir di dunia ini, sebenarnya dilengkapi dengan tugas untuk mewujudkan diri sendiri menjadi individu yang “berbobot”
Maka itu, ajakan yang baik bagi setiap manusia, untuk “mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu sehingga selanjutnya semuanya akan ditambahkan pada manusia itu”, akan dapat terlaksana.
Yang dapat tinggal di dalam kerajaan adalah tentunya “orang penting” dan “yang berkepentingan” dengan segala hal yang berkaitan dengan kerajaan itu. Seberapa penting dan berkepentingankah kita terhadap “Kerajaan Allah di hati kita”? Seberapa pentingkah Tuhan sebagai Raja bagi kita di hati kita?
Bobot yang baik, artinya berkualitasnya kepribadian dan pola pandang serta perbuatan kita, akan menjadikan kita patut untuk di-bebet-i yang pantas dan sesuai, sehingga kelak saat kita punya keturunan, tentunya keturunan kita akan disebut sebagai anak yang berasal dari bibit yang baik.
Jadi menurut saya, lupakan mengenai bibit, bebet, dan bobot asal kita. Kembangkan diri, dan jadikan diri kita manusia yang berbobot. Seberapa pantaspun anda (menurut anda) maka anda boleh berbangga karena pada dasarnya anda mampu mengembangkan diri anda, menjadi seperti individu yang paling baik bagi anda. Maju terus Ibu, kembangkan doa Ibu menjadi kalimat doa yang mencintai diri kita sendiri, yang merupakan ciptaan-Nya, dan mensyukuri hal baik yang sudah diterima oleh diri kita, serta terus semangat memohon hal baik apa yang Ibu harapkan supaya terjadi pada diri Ibu. Saya meyakini, dengan sering “mengasah” hati dan “roh” kita dengan doa yang baik dan positif, maka akan semakin berbobot kita dan semuanya yang kita sesali dan tangisi akan berubah menjadi perasaan yang baik untuk kembali menapaki hidup dengan penuh sukacita dan menghasilkan sesuatu yang baik, yang nantinya akan kita buktikan sendiri.
Salam damai.
Setiap kita yang lahir di dunia ini, sebenarnya dilengkapi dengan tugas untuk mewujudkan diri sendiri menjadi individu yang “berbobot”
Maka itu, ajakan yang baik bagi setiap manusia, untuk “mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu sehingga selanjutnya semuanya akan ditambahkan pada manusia itu”, akan dapat terlaksana.
Yang dapat tinggal di dalam kerajaan adalah tentunya “orang penting” dan “yang berkepentingan” dengan segala hal yang berkaitan dengan kerajaan itu. Seberapa penting dan berkepentingankah kita terhadap “Kerajaan Allah di hati kita”? Seberapa pentingkah Tuhan sebagai Raja bagi kita di hati kita?
Bobot yang baik, artinya berkualitasnya kepribadian dan pola pandang serta perbuatan kita, akan menjadikan kita patut untuk di-bebet-i yang pantas dan sesuai, sehingga kelak saat kita punya keturunan, tentunya keturunan kita akan disebut sebagai anak yang berasal dari bibit yang baik.
Jadi menurut saya, lupakan mengenai bibit, bebet, dan bobot asal kita. Kembangkan diri, dan jadikan diri kita manusia yang berbobot. Seberapa pantaspun anda (menurut anda) maka anda boleh berbangga karena pada dasarnya anda mampu mengembangkan diri anda, menjadi seperti individu yang paling baik bagi anda. Maju terus Ibu, kembangkan doa Ibu menjadi kalimat doa yang mencintai diri kita sendiri, yang merupakan ciptaan-Nya, dan mensyukuri hal baik yang sudah diterima oleh diri kita, serta terus semangat memohon hal baik apa yang Ibu harapkan supaya terjadi pada diri Ibu. Saya meyakini, dengan sering “mengasah” hati dan “roh” kita dengan doa yang baik dan positif, maka akan semakin berbobot kita dan semuanya yang kita sesali dan tangisi akan berubah menjadi perasaan yang baik untuk kembali menapaki hidup dengan penuh sukacita dan menghasilkan sesuatu yang baik, yang nantinya akan kita buktikan sendiri.
Salam damai.
Yang saya tau, anak adalah titipan Allah yang dipercayakan pada kita sebagai orang tua dengan kata lain kita adalah inang pengasuh Anak Allah.
Bagaimana dia dilahirkan
dari orang tua seperti apa dia dilahirkan
kondisi ekonomi seperti apa dia dilahirkan
mereka tetap Anak Allah
Ga ada yang mau dilahirkan dari bibit, bebet, bobot yang ga baik, tapi sudah terlahir ….. ga mungkin itu anak masuk keperut lagi milih orang tua kan ..??
Manusia ga ada yang sama
yang satu utuh jasmani yang satu mungkin ada kurangnya
tapi bukan berarti dia tidak sempurna hanya tersembunyi
Itulah cara Allah mempercayakan anak-anakNya pada kita, mampukan kita merawat, membesarkan dan mendidik mereka berlandaskan ajaran Allah.
Anak-anak saya sudah terlahir dari ibu yang mereka ga pernah bisa pilih, ga bisa saya rubah kehidupan saya yang sudah terjadi, tapi saya bisa memilih kan jalan hidup yang baik bagi mereka dengan mengandalkan kekuatan Allah dan menyerahkan mereka pada Kristus Yesus dan dan saya yakin dengan kekurangan saya, Allah ga akan tinggalkan saya
sendiri …. Amien
Yang saya tau, anak adalah titipan Allah yang dipercayakan pada kita sebagai orang tua dengan kata lain kita adalah inang pengasuh Anak Allah.
Bagaimana dia dilahirkan
dari orang tua seperti apa dia dilahirkan
kondisi ekonomi seperti apa dia dilahirkan
mereka tetap Anak Allah
Ga ada yang mau dilahirkan dari bibit, bebet, bobot yang ga baik, tapi sudah terlahir ….. ga mungkin itu anak masuk keperut lagi milih orang tua kan ..??
Manusia ga ada yang sama
yang satu utuh jasmani yang satu mungkin ada kurangnya
tapi bukan berarti dia tidak sempurna hanya tersembunyi
Itulah cara Allah mempercayakan anak-anakNya pada kita, mampukan kita merawat, membesarkan dan mendidik mereka berlandaskan ajaran Allah.
Anak-anak saya sudah terlahir dari ibu yang mereka ga pernah bisa pilih, ga bisa saya rubah kehidupan saya yang sudah terjadi, tapi saya bisa memilih kan jalan hidup yang baik bagi mereka dengan mengandalkan kekuatan Allah dan menyerahkan mereka pada Kristus Yesus dan dan saya yakin dengan kekurangan saya, Allah ga akan tinggalkan saya
sendiri …. Amien