Rendah Diri

Wisma keuskupan, 22 Januari 2009

Kadang-kadang kita merasa rendah diri. Ketika kita merasa rendah diri, maka kita berjuang untuk menutupi perasaan rendah diri. Wajah bopeng ditambal di salon-salon kecantikan. Rambut pirang dicat hitam, rambut hitam dicat pirang, rambut lurus dikeriting, rambut keriting dibuat lurus, rambut lurus dikeriting, ujung jari putih dikotek merah, telinga indah diganduli emas, leher mulus digelayuti emas seperti sapi, tubuh cokelat dilumuri dengan susu murni, ketek bau disemprot pewangi, tubuh gembrot didandani rok jutaan, pergelangan tangan dekil dikalungi jam emas berlian, kaki berkerak dipakaii sepatu dari Itali, Otak jongkok mengendari sedan, si penganggur memegang hand phone Rp. 8.000.000.

Perilaku-perilaku di atas hanya sekelumit contoh. Ribuan bentuk perilaku ganjil untuk menutupi rendah diri masih bisa kita jumpai dalam kehidupan kita. Sangat mungkin bahwa perilaku-perilaku tersebut mau menonjolkan kehebatan-kehebatan kita agar orang mengakui kehebatan kita. Kita berharap dengan tampilan yang wah, orang akan berdecak kagum terhadap kita. Namun apakah perilaku di atas sungguh mampu mengatasi rasa rendah diri, yang terkadang muncul? Ini patut menjadi bahan permenungan masing-masing dari kita yang pernah rendah diri.

Minimal hasil pencerahan Titus budiyanto, solusi untuk mengatasi rasa rendah diri lebih tepat mengacu pada sabda Tuhan. Berdasarkan kitab kejadian bab 1 manusia dicipta secitra / segambar dengan Allah. Allah memberi kepercayaan kepada manusia untuk mengolahnya. Berdasarkan teks ini maka jelaslah bahwa manusia adalah agung dari segala ciptaan. Kodrat kita (in se) adalah sempurna, tetapi persepsi kita dalam memandang diri memicu perasaan rendah diri.

Masih menurut kitab suci, kitab mazmur bab 8 juga disinggung oleh penulis. Apakah manusia sehingga Kau perhatikan. Siapakah manusia sehingga Engkau pelihara? Menurut teks ini jelaslah bahwa manusia sungguh agung di mata Tuhan. Tuhan sangat mencintai manusia dengan cara memelihara dan menjaganya siang dan malam.

Dalam teks-teks perjanjian baru, Yesus atau para rasul menegaskan bahwa kita adalah anak-anak Allah. Sebagai anak kita mempunyai peluang menjadi ahli waris kerajaan Allah. Yesus dan para murid pun dengan tegas menggarisbawahi bahwa kita adalah anak Allah. Ini sudah sangat gamblang bahwa manusia itu sendiri tinggi dan luhur.

Masih banyak teks yang berbicara tentang keluhuran dan martabat manusia. Kiranya point di atas membawa kepada kita kepada sikap yang berkenan di hati Allah dalam memandang diri dan orang lain. Bila kita mempunyai persepsi yang luhur terhadap diri kita, maka kita juga akan menghargai sesama kita yang juga gambar Allah.

Read 0 comments

  1. siapakah aku ini Tuhan, jadi biji mataMu
    dengan apakah kubalas Tuhan, selain puji dan sembah Kau…

    mmm….inget penggalan lagu itu ngga?
    segitu dah jadi biji mataNya masih ga PD??? plis deh…

  2. siapakah aku ini Tuhan, jadi biji mataMu
    dengan apakah kubalas Tuhan, selain puji dan sembah Kau…

    mmm….inget penggalan lagu itu ngga?
    segitu dah jadi biji mataNya masih ga PD??? plis deh…

  3. wah… . aku kena banget nih dengan tulisan ini, karena aku sering kali merasa rendah diri, ga ada bagus2nya lah aku ini dalam segala hal, rasanya aku ini cacat banget padahal aku sempurna. tangan ga buntung, hidung ga pesek, badan ga gendut2 amat masih ok lah, miskin ya ga miskin2 amat. kalo banyak tantangan dan cobaan dalam hidup itu sih tandanya Allah sayang aku biar aku jadi kuat, so … dimana salahnya?

    Lupa bersyukur, terlalu sering meremehkan dan mengasihi diri sendiri, dan mengabaikan potensi diri yang telah Allah berikan.

    Lupa bahwa Allah melihat segala ciptaanNya itu baik adanya

    Disini aku diingatkan kembali bahwa aku juga anak Allah, pewaris kerajaannya ga beda sama yang lain, luar biasa !

    kalo ada orang yang memiliki kelebihan aku juga pasti punya keistimewaan, kalo ada yang aku ga bisa orang lain bisa ya udah cing cay lah !

  4. wah… . aku kena banget nih dengan tulisan ini, karena aku sering kali merasa rendah diri, ga ada bagus2nya lah aku ini dalam segala hal, rasanya aku ini cacat banget padahal aku sempurna. tangan ga buntung, hidung ga pesek, badan ga gendut2 amat masih ok lah, miskin ya ga miskin2 amat. kalo banyak tantangan dan cobaan dalam hidup itu sih tandanya Allah sayang aku biar aku jadi kuat, so … dimana salahnya?

    Lupa bersyukur, terlalu sering meremehkan dan mengasihi diri sendiri, dan mengabaikan potensi diri yang telah Allah berikan.

    Lupa bahwa Allah melihat segala ciptaanNya itu baik adanya

    Disini aku diingatkan kembali bahwa aku juga anak Allah, pewaris kerajaannya ga beda sama yang lain, luar biasa !

    kalo ada orang yang memiliki kelebihan aku juga pasti punya keistimewaan, kalo ada yang aku ga bisa orang lain bisa ya udah cing cay lah !

  5. Rasa rendah diri muncul karena merasa adanya kekurangan di dalam diri seseorang jadi ga PD buat bergaul,
    Padahal Tuhan menciptakan manusia menurut citraNya. Kalau kita menyadari sebagai ciptaan Tuhan yang paling Mulia dan Tuhan menciptakan semuanya baik adanya, mengapa kita tidak mengembangkan yang baiknya? Ga usah repot berusaha menutupi yang buruk dengan segala tipu sehingga terlihat aneh (makin memperjelas hal yang kurang), tapi bila yang baik berkembang maka yang buruk tidak akan nampak karena yang terlihat/membuat orang tertarik adalah hal2 yang mencolok.
    Yang jelek ditutupi dengan cara yang aneh maka akan terlihat lebih aneh, tapi kalau yang baik lebih dominan dari sedikit yang kurang maka yang kurang tidak akan terlihat.

    Belajarlah untuk mengembangkan hal-hal yang baik yang Allah berikan untuk kita. Dengan bantuan Roh Kudus, yang adalah Roh Allah sendiri maka kita akan dimampukan.

  6. Rasa rendah diri muncul karena merasa adanya kekurangan di dalam diri seseorang jadi ga PD buat bergaul,
    Padahal Tuhan menciptakan manusia menurut citraNya. Kalau kita menyadari sebagai ciptaan Tuhan yang paling Mulia dan Tuhan menciptakan semuanya baik adanya, mengapa kita tidak mengembangkan yang baiknya? Ga usah repot berusaha menutupi yang buruk dengan segala tipu sehingga terlihat aneh (makin memperjelas hal yang kurang), tapi bila yang baik berkembang maka yang buruk tidak akan nampak karena yang terlihat/membuat orang tertarik adalah hal2 yang mencolok.
    Yang jelek ditutupi dengan cara yang aneh maka akan terlihat lebih aneh, tapi kalau yang baik lebih dominan dari sedikit yang kurang maka yang kurang tidak akan terlihat.

    Belajarlah untuk mengembangkan hal-hal yang baik yang Allah berikan untuk kita. Dengan bantuan Roh Kudus, yang adalah Roh Allah sendiri maka kita akan dimampukan.

Tinggalkan Balasan