Payung Samfur

 

Pantai Samfur, 5 Maret 2009

 

Mobil Aceng meluncur ke pantai Samfur,

Dia berhenti di tepi pantai sejenak.

Hujan lebat mulai turun ke bumi.

Angin menyapu pepohonan.

 

 

 dsc05654

Aceng keluar dari mobil membawa payung.

Ujung payung patah terhempas angin laut.

Patahan gagang payung menjepit jari telunjuk Aceng.

Darah mengucur menetes ke bumi.

 

Dia mengurungkan niat untuk mencebur ke laut.

Ia masuk kembali ke dalam mobil panther hijau tua,

Sambil meringis menahan perih pedih sedih.

Jari telunjukkan membekas membentuk angka 8.

Dirinya bagaikan drakula.

Ia menghisap menghisap dan menghisap darahnya sendiri

sampai kenyang.

 

Acing meniup lembut luka lebar jari jemari Aceng.

Ditaruhnya jari Aceng di dada Acing.

Seolah rasa sakit itu dimasukkan dan dipindahkan oleh Aceng,

Dari jari jemari Aceng ke dalam dada Acing.

Bagaikan bangau yang dicocok hidung, Aceng sembuh.

 

Angin menggoyang air laut.

Petir menyambar membelah di atas cakrawala.

Gemuruh ombak pantai Samfur menjadi musik alami,

Pengiring Aceng bergulat dengan Acing.

 

 

 

 

 

 

 

Sedarah

Satu darah

Satu tubuh

Satu roh

Satu jiwa

Satu perasaan

Kita adalah Satu

Satu juga dua

 

Aku adalah milikmu

Engkau adalah milikku

Aku di dalam engkau

Engkau ada di dalam aku

Dimanapun aku berada, Engkau juga ada

Dimana engkau ada, di situ pun ada aku

 

Janji kita disaksikan

Langit

Laut

Air

Api

Tanah

Angin

Tumbuh-tumbuhan

Hewan

Yang tampak dan yang tidak tampak

Yang terdengar dan yang tak terdengar

Yang terasa dan yang tak terasa

Tuhan pencipta langit dan bumi

 

 

Puisi Usang, Pantai Samfur, pukul 17.00

 

 

Meniadakan Pengetahuan

Wisma keuskupan, 23 Februari 2009

Kata nenek moyang kita untuk bisa mengerti rahasia alam – dunia maka kita hendaknya meniadakan pengetahuan.

Kata seorang motivator kelas wahid, saya lebih senang hidup tanpa map.

Kata Aliong penganut Budha Theravada bila dia berada dalam kesulitan , tekanan hidup, persoalan menimpa bertubi tubi, usaha merugi, masa depan belum pasti maka dia sangat tenang ketika ingat kata kekosongan. Menurutnya, semua akan kembali kepada kekosongan.

Kata Santo Paulus, pengosongan diri merupakan kunci penting untuk mencapai kebahagiaan.

Kata Eyang Rustamaji, ujung dan pangkal hendaknya bertemu membentuk lingkaran. Ketika lingkaran terbentuk, tidak ada lagi ujung dan tidak ada lagi pangkal. Ujung dan pangkal menjadi satu. Dalam persatuan berubah dari garis lurus menjadi lingkaran. Dalam lingkaran terdapat ruang kosong. Kekosongan ditengah menjadi tempat bagi orang lain mengisi. Menjadi tempat untuk Sabda Allah bekerja.

Menurut Titus Budi, pemikiran di atas direngkuh saling melengkapi dan memperkaya sebagi bekal hidup. Perbedaan persepsi justru memperkaya kita satu terhadap yang lain.

Selamat berkarya dalam kosong dan isi, tiada dan ada, jauh dan dekat, suci dan duniawi. Salam sukses.

Lepas Bebas

Keuskupan, 21 Februari 2009

Ketika kita melepaskan beban orang atau beban kita, maka orang atau kita mendapatkan kebajagiaan.

Ketika belenggu yang mengikat terlepas, di situ kita menjadi orang merdeka.

Kita bahagia dan orang lain bahagia. Sudahkah kita hari ini membebaskan belenggu belenggu kita dan atau orang lain?

Mimpi si Budi

Keuskupan, 08.20 wib, 15 Februari 2009

Si Titus sudah memunculkan dua orang di saat tidur. Kedua orang tersebut adalah Ina dengan Inu. Apakah maksud Titus melukiskan kedua orang tersebut?

Tindakan Titus sering mempunyai makna di dalamnya. Bila ditelusuri dengan jujur, maka relasi budi dengan kedua orang tersebut pernah retak. 3 tahun yang lalu si Inu pernah memaki-maki si Budi. Si Ina membuat jengkel Budi, karena si Ina mencintai dan mengejar-kejar si Budi.

Pesan Titus kepada Budi sangat jelas, yakni perbaiki hubunganmu bud! Nah, caranya bagaimana, tus? Hubungan retak dan pecak itu dilem atau disambung dengan tali kasih: kesabaran, kelemahlembutan, kemurahan hati, pengendalian diri, dan lain-lain. Perbuatan baik tulus kita akan mampu meluluhkan kekerasan hati. Setelah itu datanglah kepada Imam untuk menerima sakramen Tobat, Bud. 

Pesanmu itu sangat jelas dan gamblang, Tus. Terimakasih, engkau sudah menunjukkan kaca-kaca pecah di dalam diri. Usaha merekatkan kaca-kaca pecah akan menghantar kita untuk semakin dekat dengan sesama dan Tuhan. Lah, jika budi dekat dengan Tuhan dan sesama, tentu khan ada kedamaian di hati dan kebahagiaan.  

Gampang toh? Cermati pesan Titus, pesan si cicil, pesan si Elisabeth, pesan si Yohanes, Pesan si Markus, dan laksanakan pesan itu! Kita semakin dekat dengan Dia.

Dialog dengan Cicil

Keuskupan, jam 22.25 wib, 14 Februari 2009

Jika kita mau dengar masukan si titus si cicil maka dia rajin beri inspirasi. Semakin kita rajin perhatikan si titus maka kita makin kenal diri. Sekecil selembut kejahatan dlm diri selalu terdeteksi oleh si titus. Sebelum tidur kita hendaknya menentukan 1 topik untuk dibicarakan dengan si titus, si cicil, si saras, dan lain-lain.
Jika kita menerangkan orang, maka kita memilih contoh benda konkrit agar orang mudah mengerti. Bilamana contoh-contoh langsung sesuatu yang abstrak maka dikhawatirkan para pembaca sulit menangkap dengan sempurna maksud kita. Mungkin Cicil mudah mengerti hal abstrak tetapi si Ponirah sulit mengertinya. Maka sebanyak mungkin diberi contoh-contoh yang abstrak dan terkesan dunuawi. Selagi kita hidup di dunia, kita tetap bersentuhan dengan dunia. Bahkan beda tipis antara duniawi dengan yang ilahi. Bahkan yang ilahi berada di dalam yang duniawi, Yesus masuk ke dalam dunia.
Guru Cicil adalah Cicil, bukan pastor Titus. Bila Cicil mau berguru, maka cicil mencari guru sejati,yakni Yesus Kristus. Cicil bisa menjumpai Yesus dengan rajin membaca Kitab Suci, mengikuti ekaristi dan berdialog secara pribadi antara Cicil dengan Yesus.
Cicil berjuang membimbing Dian untuk dekat dengan Tuhan. Jika Cicil melenceng dari sang Jalan (jalan Tuhan) maka Cicil akan bicara kepada si Dian. Cara Cicil berbicara bisa beranekaragam yakni mimpi, pikiran tiba-tiba muncul, bahasa tubuh, suara di dalam diri, bayangan dan lain-lain. Maka pekalah terhadap seruan Cicil di dalam hati terdalam agar Dian mampu menangkap pesan si Cicil.
Sebutan untuk nama diri adalah nama baptis atau sapaan. Ketika kita menyebut nama Santo atau santa pelindung atau nama baptis, maka kita hendaknya dipicu untuk meneladani sikap si santa atau santo itu. Setiap panggilan santo atau santa justru menjadi pemicu sepak terjang santo atau santa itu.

Namun bilamana anda tidak mempunyai santo atau santa, maka pilihlah nama diri. Cari nama diri anda yang bermakna, misalkan Dian. Bila ada makna sapaan dari Dian maka konteks penyebutan nama akan berjuang mengacu pada makna nama. Misalkan, arti nama dian adalah pelita atau penerang. Dian pratiwi artinya pembawa terang bagi bumi, bagi dunia. Berarti harusnya dian menjadi pembawa terang bagi kehidupan dian sendiri dan orang-orang di sekitar dian. Kata Dian membawa pengaruh dan vibrasi yang baik bagi lingkungan.

Misalkan, akar kata budi adalah budh. Budh berarti yang tercerahi. Bahkan sebutan Sidartha Gautama digubah menjadi Budha, karena dia mendapat pencerahan atau yang tercerahi. Sebutan Budi mengacu pada orang yang sudah tercerahi. Bila orang yang memakai kataa budi, menyadari sudah tercerahi maka perilaku, tutur kata, sikap hendaknya mencerminkan orang yang sudah tercerahi. Orang yang sudah tercerahi, adalah orang yang sudah mati terhadap keinginan dan melepaskan ego: ia menjadi manusia baru; ia terlahir menjadi baru; ia mati terhadap manusia lama dan mempunyai habitus baru. Maka sebutan aku untuk diri hendaknya dihilangkan, diganti budi atau Titus.

Dian baru bisa menjadi Dian bila Dian bisa mengelola ego dan keinginannya. Budi baru bisa menjadi budi bila ia mampu mengelola ego, keinginan, dan menjadi manusia baru di dalam Yesus. Bilamana suatu ketika, si cicil, si Titus menyapa Dian / Budi karena mereka melenceng jalan hidupnya, maka Dian atau Budi hendaknya berterimakasih atas teguran tersebut. Cicil atau Budi jangan banyak membela diri dan membenarkan diri sendiri, mencari dalih untuk membenarkan perilaku bengkoknya.

Santa Cicil, Santo Titus akan membimbing kita untuk semakin dekat dengan Tuhan. Dia membimbing kita semakin mengenal-Nya. Dia membimbing kita semakin mencintai-Nya. Dia membimbing kita semakin mengenal diri dan mencintai sesama. Dekatkan Dian dengan Cicil. Dekatkan Cicil dengan sang Sabda, yakni Yesus Kristus.

Jangan Mencuri

Keuskupan, 14 Februari 2009

Entong mempunyai sapi, Enting mempunyai babi. Enting tidak boleh mencuri sapi Entong, Enting tidak boleh mengambil milik Entong.

Entong sudah memiliki sapi, masakan mau mengambil babi Enting. Jika Enting mengambil sapi Entong, maka Enting mempunyai sapi dan babi sedangkan Entong tidak memiliki hewan peliharaan.

Masing-masing memiliki binatang dengan jenis berbeda. Rejeki setiap orang berbeda. rejeki Entong biarlah dimiliki untuk Entong. Rejeki Enting biarlah dimiliki oleh Enting. Masing-masing pihak bisa hidup berdamai bila keduanya menyingkirkan rasa iri dan ego di dalam diri.

Cinta Sejati Cayau

Pantai Samfur, 25 September 2008

 

 

Cayan berdiri di antara bocah-bocah mungil. Mereka bermain 5 balon di ruangan terbuka. Kaki-kaki bocah-bocah kecil itu menendang-tendang balon. Tangan-tangan mungil ingin menggenggamnya. Sekali waktu mereka terjerembab di lantai ketika kaki mungil lunglai terserimpet dengan celana panjangnya. Beberapa detik mereka bangkit dengan wajah bersinar tanpa keluhan untuk melanjutkan langkah kakinya menggapai cita-citanya.

 

“Dia terjerembab oleh pakaian yang melekat di tubuhnya. Dia segera bangkit setelah dia jatuh untuk tetap fokus pada tujuannya, balon. Hasrat untuk menggenggam balon menjadi api dalam perjuangannya meraih mimpi. Rasa senang membuat dia tabah dalam jatuh ataupun bangun.”  Bocah-bocah kecil tersebut menghantar pencerahan Cayan. Dia tinggalkan guru-guru kecil untuk menuju ke rumah pujaan hatinya.

 

Jeruji-jeruji rumah depan pujaan hatinya dibuka oleh lelaki tua renta. Kedua kaki mantap memasuki ruang kosong di tengah. Terdengar gemercik air mengalir di tepi kolam. Dia rebahkan tubuhnya di kursi tua berwarna cokelat di timur kolam. Detak jantungnya bergerak tak menentu. Sekali waktu tarikan nafas memecah sunyi. Gemersek gerak tubuh atau gesekan dua organ tubuh menjadi musik alami yang indah.

 

Bidadari berkaos merah tua keluar dari bilik. Kedua tangan mungil menjabat erat jari jemari Cayan. Dua wajah beradu pandang. Senyum merekah di antara dua jiwa berbeda. Dia merogoh saku baju sebutir jarum. Jarum tersebut ditusukkan ke jari telunjuk kiri. Dia berikan jarum tersebut kepada Ciyin. Dia tusukkan jarum tersebut di jari telunjuk tangan kanan. Ciyin menyatukan kedua telunjuk.

 

Mereka berdoa di bawah langit, di atas bumi, di selimuti oleh angin. “Kita sudah menjadi satu darah. Kita sudah menjadi satu hati. Kita sudah menjadi satu jiwa. Kita sudah menjadi satu roh. Kita berdua adalah satu. Kita bukan lagi dua. Langit, bumi, udara, api, laut, tumbuh-tumbuhan, binatang, yang tampak dan yang tidak tampak menjadi saksi cinta kita.”

 

Di ujung doa Cayau berujar lirih,”Seluruh diriku adalah milikmu. Aku mencintaimu.”

 

“Kau belum mengerti cinta sejati!” Kata Ciyin. “Cinta sejati harus dibuktikan dengan tindakan, bukan sekedar ucapan. Ucapan harus selaras dengan perilaku.”

 

 “Waktu menjadi hakim atas janji.” Cayau meneteskan air mata … 

 

 

Kupu-kupu

Wisma keuskupan, 12 September 2008

kupu-kupu ungu itu hinggap di bunga warna pink, dua sayap indah mengibas-kibas, jari jemari menempel di permukaan serbuk sari, ujung nya menusuk ke sari-sari bunga, setiap kali dia menyedot kedua kelopak mata semakin sayu, perut kembang kempis seirama dengan gerak sayap.

 Taman indah, bumi berputar, manusia lalu lalang, binatang ilalang terhenyak diam, semua seolah terhenti.

Hilang. Sunyi. Hening. Bahagia.

Pergulatan Shela

Wisma Keuskupan, 4 September 2008

 

Dia tertunduk di kursi rotan, kepalanya teklak tekluk, seperti manggut-manggut pertanda setuju bahwa hidup ini indah, sekali waktu dia berdiri memperagakan dirinya memakai rok, sepatu model tua, jubah cokelat seperti jubah para pastor kapusin, dan bermahkotakan duri. Tangan kanannya menuding-tuding di depan kanan tubuhnya.

 

Senyum tipis merekah di wajah ayu, rambut terurai lurus sebahu, getar-getar kasih menjalari sekujur tubuh, peredaran darah memacu menggetarkan seluruh tubuh, ada kepenuhan, ada cinta, ada kebahagiaan tiada tara.

 

Dia menggelinjang di antara bantal guling, mengecap nikmat cinta dari kekasih hati, ada aliran menyentak-sentak di dalam, akhirnya meledak, lepas. Ia lunglai tengadah ke atas, seluruh otot-otot kendur, seluruh tulang seperti copot, nafas setenang nafas bayi di pangkuan ibu, seperti bayi di dada ibu yang menyusu.