Gereja katolik mengenal 7 sakramen. Salah satu di antara ketujuh sakramen tersebit adalah Sakramen perminyakan. Sakramen perminyakan seringkali salah dimengerti atau dipahami oleh umat katolik. Tidak sedikit orang memandang bahwa sakramen perminyakan adalah sakramen untuk orang yang mau mati atau mempersiapkan orang untuk mati.
Ngomong ngomong tentang pengertian tersebut, saya jadi teringat di paroki st Petrus Bupul di pedalaman papua selatan. Rafael Boro adalah anggota dewan paroki St Petrua, sering disingkat DPP. Lukas boro ayah rafael sakit berbulan bulan. Dia sudah berobat rumah sakit di kota atau di kecamatan, tetapi dia tetap saja sehat. Melihat usaha para dokter tidak membuahkan hasil, dia meminta Rafael Boro untuk memanggil imam agar memberi pengurapan suci, sakramen perminyakan. Tetapi Rafael menolak perminyaan ayahnya. Setiap hati dia merengek meminta sakramen perminyakan, anak nya bersikeras menolak nya dengan alasan, ” memang bapak sudah mau mati?”
9 hari kemudian Lukas boro berpulang ke rumah Bapa. Rekan rekan DPP dan umat menuturkan kisah di atas. Pastor klarifikasi desas desus tersebut ke Rafael Boro. “Saya sangat menyesal karena saya tidak memenuhi permintaan bapak. Dia berkali kali meminta sakramen perminyakan tetapi saya menolaknya sampai dia meninggal. Saya berfikir, jika saya penuhi permintaan nya, berarti saya menghendaki bapak meninggal. Saya mau supaya dia sehat, maka saya menolak permintaan nya.”
Dalam pengantar pengurapan orang sakit dikutip , “dengan perantaraan rasul Yakubus Tuhan Yesus berpesan kepada kita :”14* Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” ( lihat P. Aec Besing SVD, upacara sakramen dan pemberkatan, hlm 152 )
Jika ada orang sakit, bukan tertulis jika ada orang yang sekarat sudah mau mati , dalam sakratul maut …. panggillah penatua jemaat supaya mendoakannya dan mengurapinya dalam nama Tuhan. Jika kita mendoakan orang sakit, janganlah menunggu mereka sekarat atau sakit berat atau dalam sakratul maut.
Alkisah di kota ada seorang ibu yang baru saja melahirkan dan kehilangan anaknyam Akibat dari proses persalinan dari pihak.medis dengan keterbatasan alat dan skill dokter, ditambag beban batin kehilangan, matanya menjadi tidak bisa melihat. Jiwanya sungguh tergoncang. Tatapan mata kosong.
Melihat kondisi demikian sahabat nya memanggil seorang imam untuk mendoakannya. Dia mengimani bahwa doa seorang imam.meneguhkan menguatkan batin nya. ” datanglah kepadaKu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku memberi kelegaan kepadamu.” Ya, saat letih lesu batin kita, kita datang kepadanya sekarang.
Imam yang dipanggil nya itu memulai dengan membuat tanda salib dan dilanjutkan semoga damai Tuhan beserta saudara sekalian.
Umat : dan sertamu juga.
Imam mereciki si sakit dan kamar dengan air berkat, sambil mengucapkan kata kata , ” semoga air berkat ini mengingatkan kita akan pembaptisan yang telah kita terima dan akan kristus, yang telah menebus kita dengan penderitaan dan kebangkitan Nya. ” (ibidem hlm 151). Begitu air suci menyentuh area wajahnya terjadi peristiwa menakjubkan.
Yang berbaring di ranjang berteriak memecahkan keheningan kamar,” SAYA BISA MELIHAT. Saya melihat pastor berbaju biru. Saya bisa melihat jam dinding … saya bisa melihat cece di samping kanan. Saya bisa melihat papa … ”
Melihat mukjijat di depan matanya, dia menangis tersedu sedu. “Allah Sungguh Hidup. ALLAH hidup.”
Menahan rasa heran dan takjub , imam.tersebuy berujar, “Allah memang sungguh telah bangkit. Allah kita adalah Allah yang hidup. Apakah kita bisa melanjutkan dos atau berhenti ? “
Dia berujar dengan semangat, ” lanjutkan”
“Jika demikian, arahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Dia sangat mengasihi anda maka Dia menjamah anda.”
Nah khan , sakramen perminyakan bukan membuat orang mati atau mempersiapkan orang mau mati. Iman umat mendapat peneguhan dari sabda Tuhan dan doa dari komunitas serta doa dari seorang imam. Bahkan orang bisa mengalami kasih Allah, dari dia tidak bisa melihat menjadi melihat, dari dia stress menjadi tenang dan damai, dari dia tidak bisa menerima kehilanhan menjadi iklhas, dari beban berat menjadi diringankan dan dikuatkan.