Keuskupan Pangkalpinang, Sabtu jam2156 wib, 20 Juni 2010
Pukul 0630 wib sabtu, 19 Juni 2010 seorang ayah dari dua anak datang menemuiku. Kedua anaknya baru saja lulus dengan nilai menakjubkan. Keberhasilan anaknya membahagiakan keluarga bapak itu. Namun bersamaan dengan itu ia sedih memikirkan beaya seragam, buku, SPP, dan kebutuhan lainnya. Dia sudah berusaha untuk meminjam kesana kemari, namun nihil. Setiap hari dia berdoa siang dan malam untuk mengatasi persoalannya. Tetap saja doa keluarga belum terjawab oleh Tuhan. Ketika ia sedang buntu, ia memberanikan diri datang untuk meminta makan dan sedikit uang untuk keperluan anak-anaknya.
Pertama ada keraguan di dalam diri dan pikiran, beri atau tidak. Beri atau enggak. Bukankah kau bisa pinjam di bank atau koperasi? Bukankah kau punya pikiran untuk merencanakan kebutuhan anak-anakmu. Bukankah kau bisa meminta para pengusaha. Bukankah kamu bisa bekerja untuk memenuhi semua itu. Banyak pertanyaan di dalam diri muncul. yang jelas di depan ku, dia lapar dan sangat mendesak membayar sekolah, seragam dan lain-lain.
Ketika menyingkirkan keraguan dan memutuskan memberi uang kepada orang bapak itu, detik itu juga ada orang lain datang memberikan uang kepada saya. Padahal pastor tidak menjual jasa dengan memberi terapy atau doa. Saya mengimani bahwa orang yang sedang menderita itu adalah Yesus dan orang yang memberi itu adalah Yesus.
Ketika Tuhan meminta Abram untuk dipersembahkan kepadaNya, ia ragu-ragu untuk memberikan atau tidak. Karena Ishak adalah anak tunggal. Setelah Ia memutuskan untuk memberikan anakNya kepada Tuhan, maka bersamaan dengan itu Tuhan mengembalikan anak-Nya dan memberikan domba sebagai persembahan.
jadi ingat materi retret penutupan tahun imam di via renata di puncak 7 – 11 juni 2010. Mgr Suharyo mengatakan bahwa yesus mengidentikkan dengan orang menderita, anak kecil, dan murid yang diutus-Nya. Banyak orang kudus mendapat kekudusan dan kesucian dengan melakukan hal sederhana yakni memberi makan, merawat orang sakit, memberi tumpangan. Santa Theresia dari kalkuta menjadi contoh tentang hal itu. tetapi mengapa justru kita yang pandai justru sulit menangkap di balik apa yang kita lihat dan kita lihat.
Memang Yesus pernah bersabda ,”barang siapa melawat aku dalam penjara, Ia melawat Aku. barang siapa memberi tumpangan orang asing, ia memberi tumpangan kepadaKu. barang siapa melayani orang sakit, ia merawat Aku. Barangsiapa memberi makan orang lapar, Ia memberi makan Aku.” Berarti menolong orang yang menderita, menolong Yesus. Yesus berjumpa di dalam diri si bapak tiga anak, yang sedang menderita dan melihat Yesus di dalam diri orang yang memberi tolong kepada Bapak yang menderita itu. Menakjubkan sekali dan membahagiakan sekali. Kebahagiaan memotivasi diri untuk semakin giat melayani Yesus di dalam diri orang menderita. atau ketika diri sendiri sedang lapar atau menderita, ternyata Yesus sungguh sangat dekat dengan diri. Dia lebih dekat dari siapapun dari kita, karena Ia ada di dalam dan di luar diri.
Kesulitan dan tantangan selalu terpampang di depan mata kita. Kalau lupa dengan janji Yesus, ” Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman.” maka muncul keraguan untuk menyembah dan melayani Dia. Iman bahwa Emanuel, sungguh meneguhkan perjalanan hidup. Terimakasih Yesus, Engkau sudi menemui hamba Mu yang hina dan dina ini.
Dalil matematika manapun akan mengatakan bahwa untuk memperbanyak apa yang anda miliki adalah dengan cara menambahnya, bukan menguranginya, apalagi memberikannya kepada orang lain. Semakin banyak anda memberikan kepada orang lain, maka semakin habislah apa yang anda miliki. Benarkah demikian?
Alam semesta memiliki rumus tersendiri yang tidak bisa dinalar oleh pikiran manusia. Lao Tze dengan ajaran Tao nya mengatakan bahwa anda tidak bisa mengisi sebuah mangkuk dengan air jika anda tidak mengosongkannya terlebih dahulu. Makna yang tersirat adalah bahwa apa yang anda dapatkan bukan semata-mata karena usaha anda sendiri, namun ada campur tangan Tuhan disitu. Oleh karenanya, apa yang telah anda peroleh dengan cuma-cuma, berikanlah juga untuk orang lain secara cuma-cuma. Dengan demikian ‘mangkuk’ anda akan selalu dipenuhi-Nya. Tetapi, perlu diingat bahwa rumus tersebut baru akan bekerja jika ada ketulusan didalamnya. Artinya, jika anda melakukannya dengan mengharapkan balasan, itu masuk dalam kategori investasi. Dengan demikian rumus rejeki diatas tidak akan berhasil.
Yang dimaksud memberi tidaklah harus berupa uang, namun apapun yang dapat anda lakukan untuk membantu orang lain.
Rumus rejeki diatas mengajarkan bahwa hidup haruslah berbagi. Hidup anda barulah bermakna jika bermanfaat untuk orang lain. Ketika anda menggunakan apa yang anda miliki untuk memperbaiki hidup orang lain, maka alam semesta lah yang akan memperbaiki hidup anda. Jadi janganlah khawatir akan kekurangan. Makin besar ketulusan yang anda berikan, makin banyak pula pintu rejeki yang akan terbuka untuk anda. Itulah hukum alam. (komentar ini diambil dari http://katamataku.blogspot.com/2007/04/15-memberi-investasi-rejeki.html)
Semoga janji Yesus “Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman” selalu kami ingat sehingga kami tidak takut akan penderitaan apapun yang akan kami hadapi dalam penziarahan hidup kami di dunia yang fana ini, dimana sebenarnya kami tidak memiliki apa-apa, kecuali iman. Terima kasih Pastor, atas sharing pengalaman ini, sehingga kami juga bisa meneladani dan bisa bertemu Yesus juga.