Perjalanan Sungailiat ke Gua Maria Pelindung Segala Bangsa Belinyu, 21 Mei 2009
Seseorang ibu mengeluh dengan 3 anak yang sudah menikah semuanya berkeluh kesah, “dada saya sakit. Kepala pusing. Sulit tidur. Nafas tersengal-sengal. Bingung memilih nomer hand phone yang dituju. Apakah Tuhan marah terhadap saya?”
“Apa yang telah terjadi?” Acong bertanya kepada ibu itu.
Menurut penuturannya, saudara dan saudari kandung yang fundamentalis memanggil seorang pendeta. Beliau menilai bahwa sangat berdosa berteman dengan lawan jenis, yang bukan suaminya dan bukan saudara. Percakapan melalui telepon sudah terkategori zinah dan melakukan dosa. Untuk menyelamatkan jiwa, orang suci itu menyarankan agar Hand Phone dibuang. Semua benda pemberian dia dibuang. Semua barang apapun berkaitan dengan dia juga dibuang. Dia melarang memakai hand phone. Dia harus membenci orang itu. Dia memutuskan hubungan dengannya.
Ibu tua renta dan sudah beranak 3 menuturkan,”saya tidak bisa membenci orang itu. Dia telah mendoakan saya selama 20 tahun. Dia menyemangati saya di waktu saya lesu. Saya sangat sakit sekali ketika disuruh untuk membenci dia. Saya tidak bisa membenci dia. Saya menjadi linglung. Saya menjadi seperti gila. Setiap hari saya tidak bisa tidur. Saya adalah pezina. Saya adalah pendosa besar. Tuhan marah kepada sayakah sehingga saya tidak bisa tidur, kepala sakit, dada sesak dan nyut-nyutan? Saya perlu dokter jiwa. Dimanakah saya bisa mencari dokter jiwa? Apakah perlu saya masuk ke rumah sakit jiwa di Sungai Liat”
Si Acong membiarkan ibu itu menuangkan air comberan atau sampah di dalam dirinya. Dia berujar kepada ibu itu,” ya sudah. Pendeta atau orang lain bebas berpendapat tentang hal itu. Sekiranya pandangannya justru membuat stress berat, kau bisa memiliki sikap lain. Terimalah apapun yang sudah terjadi. Kita tidak bisa mengubah sejarah. Petiklah hikmah dari peristiwanya.”
“Saya merasa lega sekarang dengan nasehat ini. Saya tidak bisa membenci.” Dia mengulang-lagi perintah si pendeta.
“nah bagus di hatimu ada kasih. Syukurilah anugerah Tuhan dan sejarah hidup kita. Pergilah Tuhan mengampuni dosa-dosamu. Allah mencintai orang-orang berdosa. Lagi pula ibu sekedar berteman dengan dia.” Nasehat si Acong.
“Iya, saya hanya sms dan tlp. Kami bercakap-cakap hal-hal umum. Semua percakapan dengan dia diketahui oleh suami. Suami juga mengijinkan persahabatan saya dengan dia. Saya tidak perlu lagi ke rumah sakit jiwa, ya? Saya sudah sembuh. Doakan saya. Besok saya pergi ke Jakarta.” Ujar ibu itu.
“Begitu ibu mendengar suara Acong, segala luka sembuh dan bahagia. Kau sehat. Allah mencintaimu dan menyertaimu sampai akhir jaman. Hiduplah dalam terang Tuhan. Mulai sekarang selektiflah mendengarkan sesuatu.”
Senang, bahagia, gembira, damai, sedih, tertekan semuanya hanya kita sendiri yang merasakannya, bukan berdasarkan penilaian orang lain. Justru kalau kita terlalu mendengarkan orang lain dan hidup tergantung dari penilaian orang kita tidak akan menemukan kedamaian sejati. Jujur kepada diri sendiri dan selalu mendengarkan suara hati dapat membuat kita damai.
Tepat sekali ibu bertemu Acong cukup mnegeluarkan isi hati dan jujur terhadap diri sendiri………. segala penyakit sakit kepala, nyeri lambung, gelisah hilang menguap……. orang menilai berdasarkan persepsi dan penglihatannya tapi ibu merasakan kebaikan2 “orang tersebut” yang mendoakan dan menjadi penyemangat hidup.
Jujur terhadap diri sendiri dan hidup biarkan seperti air mengalir, asalkan tidak melanggar norma2 kehidupan, biarkan semuanya berjalan apa adanya. Bila hidup kita hanya demi kemuliaan Tuhan, semuanya akan menjadi indah seperti ketika Tuhan menciptakan dunia dan seisinya, semuanya baik adanya.
Hidup adalah misteri, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan kita tidak pernah tahu keputusan kita benar atau salah sampai suatu saat kita kita jatuh atau kita bersyukur atas keputusan kita dan kita sudah tidak dapat kembali ke masa lalu. Jadi jalani hidup ini dengan kesadaran akan kekinian dengan bercermin (bukan terbelenggu) ke masa lalu untuk hidup bahagia di masa kini dan yang akan datang.
Dengan bantuan Romo yang selalu menyadarkan kita akan kehidupan nyata yang harus kita hadapi dan menjalani panggilan hidup kita masing2, saya percaya bahwa kita akan selalu belajar untuk mencari kedamaian berdasarkan ukuran diri kita. Semoga dengan bantuan Roh Kudus yang adalah Roh Allah sendiri, tak ada yang mustahil di dunia ini. A m i n
Ibu merasa sakit karena harus melupakan orang yang justru memberi semangat hidup bagi ibu dan selama 20 th mendoakan ibu. Menurut perkiraan saya, mungkin menurut pendeta “cinta” ibu jatuh di tempat yang salah. Saya tidak tahu persis apakah orang yang harus dilupakan adalah orang di masa lalu atau orang di masa kini yang terlarang (karena milik orang lain) atau ibu sendiri yang masih dalam penikahan yang sah.
Menurut saya ketika “cinta” itu datang, dia datang begitu saja tanpa diundang dan tanpa bisa ditolak. Salahkah itu????? Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita untuk saling mencintai/mengasihi tanpa melihat suku, golongan dan Ras, yang menjadi persoalan justru adalah penilaian orang2 di sekitar kita yang memandang cinta hanya sebagai cinta yang romatik (Cinta = Eros -> bhs Yunani) padahal mungkin bentuk cinta itu adalah mengagumi (cinta = Filia) dan cinta yang tulus (cinta = agape) justru cinta sejati adalah gabungan dari cinta eros, filia dan yang agape, dimana kita akan bahagia bila melihat orang yang kita cintai/kasihi bahagia, tanpa memperhitungkan untung dan rugi.
Bisa saja cinta itu hanya filia dan agape, sebab bagaimanapun bila ada unsur eros, akan menimbulkan rasa cemburu/tersaingi, ingin menguasai dan tidak berbagi–> Cinta yang egois.
Yang menjadi persoalan justru,sanggupkah kita untuk menanggung resiko bila kita diberi rahmat cinta seperti itu, mencintai tidak harus memiliki, tapi kebahagiaan orang yang kita cintai justru tujuannya, bukan kebahagiaan kita. Bagaimana kita harus bersikap bila menghadapai “cinta terlarang” (menurut pandangan/penilaian orang lain). Hal ini yang sering kali menjadi pemicu penyakit. Karena merasa jatuh cinta di tempat yang salah
Tentunya ini bagian Pst. Titus untuk membantu kami membuka mata hati agar kami dapat menilai dengan netral tidak langsung menghakimi.
Thx Pastur untuk bimbingannya selama ini. Jujur terhadap diri sendiri ya dan biasakan dialog dengan diri sendiri tentunya dengan bimbingan Roh Kudus.
“Tentunya ini bagian Pst. Titus untuk membantu kami membuka mata hati agar kami dapat menilai dengan netral tidak langsung menghakimi.
Thx Pastur untuk bimbingannya selama ini. Jujur terhadap diri sendiri ya dan biasakan dialog dengan diri sendiri tentunya dengan bimbingan Roh Kudus.
” pembimbingmu adalah Yesus. bukan firman TUhan toh
Great job Romo! Really adore your thoughts 🙂
Cinta kok disuruh benci. Suruh aja praktek sendiri 😛
“Cinta kok disuruh benci. Suruh aja praktek sendiri ” he he .. kontradiksi? itu persepsi, gito dong
Pikiran dan perasaan hendaknya kita yang menentukan. Apa hak orang itu untuk menghukum kita? Apakah dalam hidupnya tidak pernah berbuat kesalahan sedikitpun?
Kita perlu jujur terhadap Tuhan dan diri sendiri, meneliti batin kita setiap malam. Sebagai orang beriman kita ditantang terus untuk mengetahui apa yang diajarkan, dibuat dan dihidupi oleh Yesus Kristus Juru Selamat kita. Dengan demikian diharapkan apa yang kita ketahui, kita baca dapat menjadi pedoman dan tuntunan hidup beriman kita.
Sadarlah, sekarang bukannya jaman Siti Nurbaya! Sudah super modern…bukan hal aneh kalau seorang wanita bercakap-cakap/telpon dengan laki-laki yang bukan suami/saudaranya. Kalau laki-laki itu rohaniwan, biarawan, imam…salahkah???? Sepertinya anda-anda yang menganjurkan untuk membenci seseorang perlu bangun dari tidur, membasuh muka agar pikiran menjadi terang dalam berkata dan bertindak.
Marilah kita berusaha untuk mengendalikan lidah kita, mengatur kata-kata yang mau kita sampaikan, berpikir dahulu apa yang akan kita katakan pada sesama.
Yang benar adalah yang menyerukan kedamaian, mengajarkan berbagi kasih kepada sesama……..GBU Santo
“Marilah kita berusaha untuk mengendalikan lidah kita, mengatur kata-kata yang mau kita sampaikan, berpikir dahulu apa yang akan kita katakan pada sesama. yang benar adalah yang menyerukan kedamaian, mengajarkan berbagi kasih kepada sesama……..GBU Santo” menyampaikan kabar gembira itu misi Yesus. apa misi kita?
Betul sekali Bu semua orang punya hak untuk dicinta dan mencinta ga ada yang bisa menghalangi. Baik sebagai teman, sahabat maupun kekasih. Ada rasa saling menyukai baru bisa ada hubungan kan? Bagaimanapun bentuk hubungan itu dimulai dari rasa saling menyukai.
Berbahagialah kita yang masih bisa mencintai dan dicintai. Kebayang ga sich hidup dibenci orang?????????
Pendetanya lagi eror kali ya?????????? ngajari orang untuk membenci?????????? Betapa indahnya cinta koq mesti dituker dengan benci????????
“Berbahagialah kita yang masih bisa mencintai dan dicintai. Kebayang ga sich hidup dibenci orang?????????” he he …
Tidak ada alasan yang benar untuk membenci! Yesus saja mengajarkan untuk mengasihi dan mencintai sesama kita, bahkan pada musuh sekalipun.Alasan utama ialah, kita dicipta seturut gambar dan rupa Allah. Allah adalah cinta. Maka kita dicipta seturut gambar dan rupa cinta. Cinta Allah tak mengenal batas. Maka kita dicipta seturut rupa cinta yang tak mengenal batas. Allah mencintai orang-orang kudus dan orang-orang yang tak kudus, maka kita juga dituntut mencintai semua orang. No matter what we do to God, God always seeks our highest good and happiness. Jadi karena kita dicipta seturut rupa Allah, kita juga dituntut untuk mencintai dan berjuang untuk kebaikan dan kebahagian orang lain, tak peduli apakah orang itu baik atau tidak dengan kita. Tuntutan ini juga dikenakan pada kita karena kita adalah anak-anak Allah. (seperti yang diposting Matias Simanjorang dalam Situs Kapusin Sibolga).