Sepeda Nes

Keuskupan 29 April 2009
23 April 2009 beberapa siswi SMU terkemuka di Jakarta berkumpul di rumah bapak Ang. Pasangan ang dengan Ung memiliki satu putri dan satu putra. Nes mempunyai banyak teman dari berbagai sekolah yang beken di sekolah. Ketika bercakap-cakap dengan mereka Acong meminta Nes untuk mengemukakan pemikirannya.

“Saya ingat Cindi. Saya menunggu cindi. Saya pergi ke mall. Ada rumah. Ada adek. Ada teman-teman. Ada mobil. Ada rumah indah. Saya naik sepeda. Sepeda melewati jalan berkerikil. Saya melihat mobil. Saya sekolah. … “

Nes sangat terkesan dengan pengalaman naik sepeda. Pikiran tentang naik sepeda di jalanan berkerikil dan berbatu mau menggambarkan situasi ekonomi keluarga Nes. Banyak tantangan dalam keluarga Nes ketika Nes masih kecil. Situasi ekonomi orang tua Nes berbeda jauh dengan situasi Nes sewaktu masih kecil. Mungkin Nes waktu kecil naik sepeda, sedangkan sekarang Nes sudah naik mobil.

Dulu mungkin rumah Nes kecil dan sederhana sekarang rumah Nes besar dan megah.

Iya, memang sih Cong.

Acong bertanya kepada orang tua Nes. Ibu Ung menuturkan kisah keluarganya. “Pekerjaan saya ketika Nes masih SD adalah membantu suami untuk mencari nafkah bagi anak-anak. Para tetangga dan teman bermain saya adalah ibu-ibu yang tidak bekerja dan ekonomi menengah.
Nes menjalani pendidikan SD di Don Bosco Jakarta. Teman-teman Nes sekarang berbeda dengan teman-teman Nes sekarang. Kita belum menempati rumah semegah seperti sekarang. Rumah kami di Simfoni di belakang sekolahan SD Don Bosco. Saya mengajar mandiri Nes untuk mandiri. Pagi-pagi saya mengantar nya berangkat ke sekolah dengan sepeda dan saya juga memakai sepeda. Salah satu kelompok bermain main Nes adalah cindi. Cindi adalah teman Nes sejak kelas 1 SD. Mereka berdua selalu bersaing untuk mendapat rangking kelas.

Salah satu teman Nes yang tergolong kaya mengajak Nes, “ayo dong nes, kenapa sih mamamu tidak pernah kumpul-kumpul dengan mama kita kumpul di mall?” Nes menjawabnya, “mama gak bisa berkumpul di mall. Mama bekerja.” Teman Nes yang lain nyletuk, “jangan mau bergaul dengan mama Nes. Mama Nes tidak selevel dengan mama kita. Mama Nes naik sepeda sedangkan mama kita naik mobil.”

Sikap teman Nes membuat Nes terpukul. Peristiwa tersebut diceritakan kepada saya. Saya mengajak Nes dialog.”Kau naik sepeda setiap pergi ke sekolah. Apakah dengan naik sepeda kau merasa rendah diri dan malu?” Nes menjawab,”saya fak malu. Memang kenapa naik sepeda?” saya meneguhkan Nes,”Nes khan pinter. Mama bisa antar kau naik sepeda naik sepeda. Naik sepeda bisa membuat nes semakin sehat, karena kita juga berolahraga. Biarpun kau naik sepeda, namun prestasi Nes mampu menungungguli mereka. Maka tunjukkanlah bahwa kau bisa melebihi mereka walaupun kau naik sepeda! “

Tanpa saya ajar di rumah, Nes ranking I dari kelas I sampai kelas VI SD. Setamat SMP dia melanjutkan sekolah di SMP Ursula. Hanya Nes diterima di Ursula seangkatan nya waktu itu. Seiring dengan masukkan Nes ke SMP Ursula Ursula, ekonomi keluarga meningkat pesat. Teman-teman Nes banyak berdatagan dari keluarga yang beraneka. Bahkan prestasi di sekolah juga menurun, tidak berada di rangking I. Namun demikian Nes tampak bahagia. Dia bisa mengikuti pelajaran-pelajaran sulit. Banyak teman-teman Nes justru minta tolong kepada Nes. Saya tidak mau mendesak Nes untuk menduduki rangkin I. saya berterimakasih Acong memberi masukan kepada keluarga kami. Mohon doa.

Genggam terus semangat juang menggapai cita-cita luhur saat ini dan kedepan. Cemoohan teman membuatmu semakin bisa bersikap rendah hati terhadap sesamamu yang miskin. Persahabatan tidak diukur dari kaya atau miskin. Maju terus.

Read 4 comments

  1. Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya. (Amsal 13:11)

    Dan Elohimku, akan memenuhi segala kebutuhanmu menurut kekayaanNya, dengan kemuliaan di dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:19)

    Di dunia ini, memang uang sangat menentukan. Namun orang bijak membuat sarang untuk telornya semampu mereka, sedikit demi sedikit sepanjang prosesnya. Uang juga dapat mengubah seseorang, bisa ke arah positif atau bahkan ke arah yang negatif. Maka sebagai manusia yang berakal budi, kita harus bisa mengendalikan uang ke arah yang positif, bukan sebaliknya. Karena uang, banyak yang datang pada seseorang, namun jika tidak ada uang lagi maka satu persatu dari mereka akan meninggalkannya. Mudah-mudahan para pembaca blog ini tidaklah demikian. Persahabatan yang sejati tidak memandang faktor materi. Jika uang berada di antara persahabatan tersebut, maka itu tidak lah murni persahabatan lagi. Bersahabat dengan semua orang adalah baik, asalkan masing-masing bisa mengambil yang positif dari pihak lainnya. Mari kita jalin persabatan dengan siapapun.

  2. Ada pepatah kuno dari cina “JADILAH MAJIKAN BAGI UANGMU DAN JANGAN BIARKAN UANG MENJADI MAJIKANMU, JANGANLAH MENJADI BUDAK DARI UANGMU TETAPI JADIKANLAH UANG SEBAGAI BUDAKMU”

    Kalau kita renungkan pepatah tersebut maknanya sungguh mendalam, hidup itu perlu uang karena ga ada yang gratis di dunia ini kecuali ketawa dan menghirup udara (karena keserakahan manusia mungkin inipun di kemudian hari harus kita beli). Tapi uang bukanlah segala-galanya. Jika seseorang menghambakan dirinya kepada kekayaan (uang) dan membeli segalanya (persahabatan, kekasih) dengan uang maka hubungan itu sungguh hanya hubungan yang semu dan akan berakhir begitu uangnya habis dan dijamin 100% bahwa kebahagiaan yang diperolehnyapun adalah semu adanya. Uang (kekayaan) hanyalah sarana untuk kita dapat menikmati hidup, hidup yang berkualitas adalah hubungan dengan keluarga dan sesama yang didasari oleh cinta kasih yang tulus.

    Menjadi budak uang berarti hidup kita tergantung dan hanya memikirkan uang, uang sudah menjadi tuanmu jika dalam hidupmu yang engkau cari dan engkau kejar hanyalah uang, uang dan uang…… dan engkau menganggap bahwa dengan uang engkau baru bisa membahagiakan anak2mu dengan memberi apa yang dia mau dan engkau sudah mampu membeli segalanya, kebahagiaanmu dan keluargamu.
    Belajarlah untuk menjadi majikan bagi hartamu. Berilah maka kepadamu akan ditambahkan. Dan engkau dengan bebas dan sesuka hati mengelola hartamu demi kebahagiaan sejati.

  3. Jadilah sebuah pohon kayu yang rindang dan berbuah lebat, tumbuh di pinggir jalan, yang bisa menaungi banyak orang untuk beristirahat, yang sering dilempari orang dengan batu, kemudian dibalas dengan buah …. setelah menjadi “pohon kayu rindang dan berbuah lebat”, janganlah berlaku seperti “kacang yang melupakan kulit”, karena semuanya itu hanyalah “titipan daripada Yang Maha Kuasa”…….Amin

  4. Pride, ….. Ego, ……
    Bibit, bebet dan bobot, …..Individu dilupakan
    Harta sebagai ukuran, langsung atau tidak langsung semua orang berbuat begitu, hanya caranya berbeda.
    Ada yg tampak banget, ada yg luwes.
    Harta, pangkat, kuasa, …. Pokoknya yg lebih daripada yg lain.
    Mereka akan kena batunya sendiri.

    Jangan lupa kalau anak2 itu lebih keras dan polos tingkah lakunya, mereka bilang apa adanya, tanpa memikirkan akibatnya.

    Dalam suatu keluarga besar, dengan satu ayah dan ibupun, dgn pendidikan yg samapun,.akan muncul sifat2 yg berlainan. Ini karena setiap individu, lahir dengan sifat2nya sendiri, tetapi sifat2 ini dibentuk lebih masak dalam perjalanan hidup mereka.

    Bersaing ada bagusnya juga,. … tanpa bersaing tidak ada kemajuan. Tetapi…bersaing tentang apa? Jangan menyakiti hati orang lain,…. Bersainglah secara jujur

    Semua individu unik, semua punya keunggulan masing2, misalnya Titik Puspa, Titi DJ dan Agnes Monika walaupun waktunya berlainan, tetapi mereka tidak bisa samakan.
    Semua orang punya kemampuan/keachlian masing2. Walaupun kemampuan ini setiap individu ada batasnya.

    Misalnya seorang juara tennis, bertahun2 tidak terkalahkan, toh achirnya datang generasi muda yg sanggup mengalahkannya. Haruskah dia malu, tidak kan,. …tetapi waktunya untuk menang sudah habis, karena umur, tekniknya berubah. Banyak factor yg mempengaruhi.

    Menuju, tingkat SEDERHANA ini, kita harus melalui tingkat2 lainnya.
    Dan dari pengalaman2 hidup kita, positif maupun negatif kita akan mengambil kesimpulan
    sendiri.

    MANUSIA BERKEHENDAK, TUHAN YG BERKUASA. Takdir kita sudah ditentukan olehnya..
    Haruskah kita menerima takdir begitu saja? Tidak kan, sebab kita tidak tahu takdir kita dimana.

    Kalau kita sudah sampai dititik tertentu kita dapat membicarakan lebih gampang.
    Tetapi masih ada teori hidup dan praktek hidup.
    Harus paralel dan tidak bertolak belakang.

    Pendidikan anak2 dipengaruhin oleh pola orang tua, guru (sekolah) dan lingkungaanya.
    Pengarahan dilakukan oleh orangtua, sejak dari bayi, dgn pemikiran ini baik untuk anak saya.
    Orang tuanya mengarahkan , karena pengalaman hidupnya..
    Pengarahan ini , dilakukan dengan sengaja atau tidak, biasanya orang tua tersebut tidak tahu.

Tinggalkan Balasan