13 Agustus 2008, Salatiga
Adalah seorang pengusaha besar pada abad 300 SM di negeri Antah Berantah. Ia bernama bapak Gatot. Dia mempunyai 183 perusahaan. Perusahaan tersebut tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dia sangat lihai mengelola ke 183 perusahaan tersebut. Keuntungan bersih perusahaan tersebut 9.000.000.000 trilyun / bulan.
Genap 20 Mei 90015 dia berumur 1973. Dia sudah merasa cukup bergelimang di dunia bisnis. Setelah berjumpa dengan seorang pertapa di Gunung Sinai, dia berusaha mengubah skala prioritas dari uang ke Tuhan. Maka dia mau memilih seorang untuk membantu mengelola seluruh perusahaan.
Dia mengumpulkan 3 orang kepercayaan dari 3 negara, yakni Inggris, Cina, dan Indonesia. Di hadapan 3 orang jenius dia berujar,” Aku mau mengundurkan diri dari dunia. Aku mau menfokuskan diri kepada Tuhan. Saya mengundang kalian untuk memilih salah satu dari kalian bertiga. Kalian yang terpilih akan membantuku mengelola 183 perisahaan. Untuk itu saya membuat perlombaan dengan thema Mengisi Kekosongan Hati. Perlombaan pertama tuliskan nasehat untukku untuk memenuhi kekosongan. Waktu perlombaan pertama adalah 20 menit.”
Orang Inggris menuliskan kata-kata bijak, “Tikus-tikus menggerogoti sedikit demi sedikit padi di lumbung. Biarpun padi setinggi gunung, dia akan ludes. Sekalipun tuan mengeruk keuntungan 9.000.000.000 trilyun / bulan, lumbung itu segera kosong oleh tikus-tikus. Sia-sialah mengisi lumbung, selagi kita tidak mampu menyingkirkan tikus-tikus itu.”
Orang Indonesia menuliskan kata-kata bijak, “Selagi kita masih menginjak bumi, kita harus menetapkan goal di bidang keuangan setinggi langit dan menjadi prioritas utama. Banyak hal bisa kita gapai apabila dompet kita berisi penuh. ”
Orang Cina menuliskan kata-kata bijak, “Aku sudah diberi pelajaran tentang duniawi yang isinya memperbesar ego. Setelah dewasa belajar ilmu-ilmu duniawi yang lain. Setelah aku sadar bahwa ilmu-ilmu itu semakin menjauhkan aku dengan Tuhan. Apakah ilmu itu bisa membawa rohku ke Tuhan? Yang ada hanya hambatan-hambatan. Jadi masih perlukah ilmu itu tinggal di dalam diriku? Aku sekarang ingin bersatu dengan KEKOSONGAN / KEHAMPAAN. Karena di dalam sana ada KETERISIAN YANG MURNI.”
Bapak Gatot duduk di antara mereka. Dia memungut nasehat bijak tersebut dan diuji di dalam permainan. Dia melangkah mengambil 3 tong, 1 keranjang bolong-bolong, 1 gayung, dan 1 ember. “Kalian sungguh bijak. Sekarang di sini ada 3 tong, 1 keranjang bolong-bolong, 1 gayung, dan 1 ember. Perlombaan kedua adalah mengisi 1 tong dengan air kolam Betesda dengan alat tersebut. Saya akan segera membunyikan lonceng sebagai pertanda pertandingan berakhi. Jarak kolam Betesda dengan tempat semadi ada 200 menter. Silahkan anda bebas memilih salah satu dari ketiga alat tersebut dan memilih 1 tong.”
Orang Inggris segera bergegas mengambil ember dan 1 tong, orang Indonesia mengambil gayung dan 1 tong, orang Cina mengambil keranjang bolong dan 1 tong. Ember, gayung, dan keranjang berdiameter sama, tinggi sama, warna sama, bahan sama.
Ketiganya keluar dari ruang semadi. Orang Inggris segera memanggil 183 kepercayaannya, yang menyertai dia dimanapun berada. “Seluruh perusahaan ini sebentar lagi berada didalam genggaman kita. Sebelum saya menaiki tahta ini, saya mengutus kalian untuk memberantas semua tikus di seluruh perusahaan. Saya minta anda mengecek terlebih dahulu semua jalan yang akan saya lalui. Singkirkan semua penghalang!”
Orang Indonesia memanggil 183 orang kepercayaannya, yang menyertai dimanapun mereka berada. “Saya segera akan transfer 100.000.000 ke masing-masing rekening anda. Sebentar lagi pengelola 183 perusahaan adalah, saya akan menambah gaji kalian. Silahkan anda berbaris dari tempat semadi ini sampai di kolam Betesda. Kalau rantai kita kurang, kita bisa membeli orang.” Sejam kemudian barisan orang Indonesia terbentuk. Mereka mengisi air di tong dengan gayung secara berantai.
Sementara orang Cina itu berlari-lari kecil menuju ke kolam Betesda dengan membawa keranjang bolong. Bagian bawah keranjang ditadah dengan dua tangan agar keranjang bisa menampung air. Dia berlari kecil berulangkali dalam ketenangan.
Sejam kemudian Bapak Gatot membunyikan lonceng sebagai tanda bahwa pertandingan sudah selesai. Sementara itu orang Inggris menyesal karena dia lupa mengisi tong karena ia sibuk memberantas tikus-tikus dan mempersiapkan jalan ke Betesda. Orang Indonesia bersorak-sorai karena mereka merasa paling banyak mengisi air di dalam tong. Sedangkan orang Cina tersenyum melihat kegembiraan rekan-rekannya.
Di hadapan hadirin bapak Gatot berujar, “Saya akan memasuki ruang doa untuk membawa hasil karya kalian. Saya akan mengujicobakan kata-kata mutiara kalian untuk hidup saya. Silahkan anda datang di hari yang ke 99 di tempat ini untuk mendengarkan hasil pengumuman.”
Di ruang samadi dia berkata,”Orang Inggris sibuk mencari kesalahan dan kelemahan orang lain, maka dia gagal. Orang Indonesia mengandalkan uang di dalam kehidupan ini, padahal tidak semua hal bisa dibeli dengan uang seperti kebahagiaan, kesehatan, tidur nyenyak dan lain-lain. Orang Cina bersikap bijak dan tenang dalam menyikapi persoalan. Dia tidak berambisi meraih tahta dan kehormatan.”
Genap 99 hari bapak Gatot keluar dari ruang samadi. Ia berujar di hadapan tiga orang jenius dari tiga Negara. “Saya sudah kenyang dengan semua hal duniawi. Harta dan tahta sudah memenuhi seluruh hidupku. Dengan harta dan tahta saya berkuasa terhadap banyak orang bahkan uang bisa dipakai sebagai sarana untuk mematikan dan menghidupkan orang. tetapi tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Semua hal duniawi kosong dan hampa. Saya menemukan kepenuhan justru di dalam kekosongan. Sesuai dengan kata-kata bijak dari Cina. Maka juara pertama pertandingan adalah orang Cina. Dia mampu menunjukkan jalan kepadaku untuk menuju kepenuhan dari Allah dengan mengosongkan diri.”
Seluruh hadirin bertepuk tangan. Mereka memberikan selamat kepada orang Cina. Orang Cina menunduk hormat kepada bapak Gatot dan seluruh hadirin. “Semua adalah kosong.” (Pastor Titus Budiyanto, Salatiga Wisma Betleham Jalan Cemara 41 a Salatiga)